JAKARTA - Popularitas rokok elektronik atau vape meningkat pesat, terutama di kalangan remaja.
Data CDC pada 2022 menunjukkan 14,1% siswa SMA di Amerika Serikat menggunakan e-cigarette.
Meski ada batasan usia pembelian, tren ini tetap naik, menunjukkan bahwa batasan hukum saja tidak cukup untuk mencegah penggunaan di kelompok muda.
Bagaimana Vape Bekerja dan Kandungan Berbahayanya
Vaping melibatkan pemanasan cairan (e-liquid) hingga menjadi aerosol yang dihirup ke paru-paru. Perangkatnya beragam, mulai vape pen, mod, hingga e-hookah, tetapi prinsipnya sama: memanaskan cairan berisi nikotin, THC, perasa, atau bahan kimia lainnya.
Meskipun terlihat seperti uap air, aerosol mengandung nikotin, partikel ultra halus, bahan organik volatil, hingga logam berat seperti timbal dan nikel. Beberapa perasa bahkan mengandung diacetyl, zat yang dikaitkan dengan penyakit paru serius.
EVALI dan Popcorn Lung: Risiko Serius Paru-Paru
Pada 2019, kasus EVALI (e-cigarette or vaping product use-associated lung injury) sempat memicu kepanikan publik. CDC mencatat lebih dari 2.800 kasus, dengan 68 kematian. Mayoritas korban adalah remaja dan dewasa muda.
Selain EVALI, pengguna vape juga berisiko mengalami popcorn lung atau bronchiolitis obliterans. Zat diacetyl yang ada pada beberapa cairan vape bisa merusak saluran udara kecil, menimbulkan batuk kronis dan sesak napas.
Ketergantungan Nikotin dan Risiko Kesehatan Jangka Panjang
Vape tidak hanya berdampak pada paru-paru, tetapi juga meningkatkan risiko ketergantungan nikotin. Banyak cairan vape memiliki kandungan nikotin tinggi, bahkan produk yang diklaim bebas nikotin tetap mengandung zat tersebut.
Paparan nikotin pada remaja bisa mengganggu perkembangan otak, mengurangi kemampuan fokus, dan meningkatkan kecanduan di masa depan. Selain itu, vaping meningkatkan kemungkinan beralih ke rokok konvensional.
Bahan Kimia Karsinogenik dan Bahaya Lain
Selain nikotin, aerosol vape mengandung logam berat dan bahan organik volatil yang bersifat karsinogenik. Paparan berulang bisa meningkatkan risiko kanker dan gangguan pernapasan.
Selain risiko kesehatan, pengguna juga menghadapi bahaya fisik seperti ledakan perangkat akibat kerusakan baterai. Ibu hamil yang menggunakan vape berisiko memengaruhi perkembangan janin karena nikotin dan bahan kimia lain.
Efektivitas Vaping sebagai Alternatif Masih Diperdebatkan
Beberapa orang menggunakan vape untuk berhenti merokok. Namun, banyak pengguna tetap merokok tembakau sekaligus, fenomena yang dikenal sebagai dual use. FDA belum menyetujui vape sebagai alat resmi berhenti merokok.
Kurangnya regulasi membuat kandungan e-liquid sangat bervariasi. Efek jangka panjangnya masih belum jelas, sehingga klaim keamanan vape dibanding rokok konvensional belum dapat dipastikan.
Rekomendasi Kesehatan dan Pencegahan
Otoritas kesehatan menekankan kehati-hatian: hindari produk ilegal, cairan modifikasi, atau vape berisi THC yang tidak terverifikasi. Paru-paru manusia dirancang untuk udara bersih, bukan aerosol kimia.
Dengan berbagai risiko yang sudah terbukti, vaping tetap berada dalam area abu-abu. Meski tampak lebih “ringan”, efek jangka panjang pada remaja bisa serius, bahkan mengancam kesehatan paru-paru seumur hidup.