Mikroplastik

Bahaya Mikroplastik di Surabaya Ungkap Ancaman Kesehatan Serius

Bahaya Mikroplastik di Surabaya Ungkap Ancaman Kesehatan Serius
Bahaya Mikroplastik di Surabaya Ungkap Ancaman Kesehatan Serius

JAKARTA - Temuan terbaru mengenai mikroplastik di Kota Surabaya mengungkap kondisi yang semakin memprihatinkan. 

Surabaya tercatat berada di peringkat ke-6 dari 18 kota dengan tingkat cemaran mikroplastik di udara dan air hujan, yakni sebanyak 12 partikel per 90 cm² dalam dua jam.

Data tersebut berasal dari penelitian kolaboratif Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai (Jejak), Komunitas Growgreen, River Warrior, serta Ecoton. Penelitian ini menyoroti betapa cepatnya polutan plastik berukuran mikroskopis menyebar dan kini tidak hanya ditemukan di lingkungan, tetapi juga memasuki tubuh manusia.

Menurut laporan, jenis partikel yang paling banyak terdeteksi adalah PET (polyethylene terephthalate) dan PE (polyethylene), dua material plastik yang lazim dipakai dalam botol minuman, serat tekstil polyester, hingga kemasan makanan sehari-hari.

Mikroplastik Sudah Masuk ke Jaringan Tubuh Manusia

Dalam penelitian yang dilakukan Ecoton, mikroplastik teridentifikasi pada berbagai jaringan tubuh manusia. 

“Kami mendeteksi partikel PET dan PE dalam berbagai jaringan tubuh manusia, termasuk aliran darah, paru-paru, plasenta dan cairan amnion, saluran pencernaan, serta jaringan otak,” kata Juru Kampanye Ecoton, Jofany Ahmad Arianto, Selasa.

Temuan ini mempertegas bahwa paparan mikroplastik sudah berada pada level yang mengkhawatirkan. Bukan hanya terhirup melalui udara, partikel ini juga masuk melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi.

Fenomena ini ternyata tidak hanya terjadi di kota besar Indonesia. Studi Nature Geoscience (2023) melaporkan bahwa partikel mikroplastik turut terbawa hujan di kota besar dunia seperti Paris dan Tokyo. Artinya, penyebaran mikroplastik di atmosfer menjadi persoalan global.

Risiko Kesehatan dari Paparan Jangka Panjang

Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa mikroplastik adalah potongan plastik berukuran sangat kecil, kurang dari 5 mm. 

Partikel ini terbagi menjadi dua kelompok, yakni mikro primer yang memang diproduksi untuk kebutuhan manusia (seperti sabun, deterjen, kosmetik, dan pakaian), serta mikro sekunder yang berasal dari penguraian sampah plastik.

Dengan sifatnya yang sulit terurai, mikroplastik dapat bertahan sangat lama di lingkungan. Di ekosistem perairan, partikel ini dapat dimakan oleh organisme kecil seperti bakteri, amoeba, dan plankton. Ketika hewan kecil ini dimakan oleh ikan atau hewan air lain, mikroplastik akan terakumulasi dalam tubuh dan masuk ke rantai makanan manusia.

Dalam tubuh manusia, mikroplastik dapat terendap di saluran pernapasan, saluran pencernaan, hingga organ-organ penting lainnya. Endapan partikel asing yang tidak dapat dicerna dapat memicu iritasi, peradangan, dan dalam jangka panjang berpotensi memicu tumor bahkan kanker jika dibiarkan terus-menerus.

Perlunya Langkah Serius Mengatasi Pencemaran Mikroplastik

Fenomena meningkatnya cemaran mikroplastik di Surabaya dan banyak kota lainnya menandakan perlunya upaya lebih serius untuk mengurangi sumber polutan tersebut. Edukasi publik dan regulasi mengenai penggunaan plastik sekali pakai menjadi langkah awal yang krusial.

Selain itu, penguatan pengelolaan sampah dan penelitian berkelanjutan diperlukan untuk memetakan tingkat bahaya di lingkungan serta dampaknya bagi kesehatan manusia.

Temuan ini menjadi pengingat bahwa persoalan mikroplastik bukan hanya isu lingkungan, melainkan juga masalah kesehatan publik yang perlu ditangani segera sebelum menimbulkan dampak lebih serius pada generasi mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index