JAKARTA - PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Sumatera Barat (Sumbar) akan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagai bagian dari program pompanisasi.
Inisiatif ini ditujukan untuk mengairi sawah tadah hujan seluas 800 hektare di Kabupaten Tanah Datar.
General Manager PLN UID Sumbar, Ajrun Karim, menyebutkan pembangunan PLTS akan menyesuaikan kapasitas pompa untuk mengalirkan air hingga ketinggian 200 meter. Sebanyak 36 panel surya akan dipasang untuk mendukung kebutuhan ini.
Langkah ini sejalan dengan fokus pemerintah pusat melalui program Astacita Presiden Prabowo, yang menekankan ketahanan pangan dan ketersediaan pangan lokal. PLTS diyakini menjadi solusi energi bersih dan efisien bagi sektor pertanian.
Mengatasi Ketergantungan pada Air Hujan
Selama ini, petani di Kabupaten Tanah Datar bergantung pada air hujan karena sumber air dari sungai terdekat berjarak sekitar tiga kilometer. Kondisi ini membatasi frekuensi tanam dan produktivitas pertanian lokal.
“Dengan bantuan PLTS, pompanisasi bisa bekerja untuk menyerap air dan mengairi sawah seluas 800 hektare,” ujar Ajrun Karim. Pemanfaatan energi surya diharapkan meningkatkan stabilitas pasokan air bagi sawah tadah hujan.
Selain meningkatkan produktivitas, program ini juga diharapkan mengurangi risiko gagal panen akibat musim kemarau panjang. Dengan aliran air yang lebih terjamin, petani dapat merencanakan tanam lebih fleksibel sepanjang tahun.
Manfaat Ganda bagi Petani Lokal
Tokoh masyarakat Nagari Tanjuang Barulak, Budiman, menyambut positif pembangunan PLTS sebagai sumber tenaga untuk pompa air. Ia menekankan bahwa dengan pompanisasi, petani berpotensi menambah frekuensi tanam dari satu kali menjadi dua hingga tiga kali setahun.
Program ini mencontoh praktik baik yang sebelumnya dilakukan di Talawi, Kota Sawahlunto, dan berhasil meningkatkan produktivitas pertanian. PLN Sumbar berupaya mereplikasi keberhasilan tersebut agar manfaatnya terasa luas bagi masyarakat di Tanah Datar.
Selain itu, pemanfaatan PLTS mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong energi terbarukan dan menjaga lingkungan. Langkah ini juga sejalan dengan tren global pengembangan energi hijau di sektor pertanian.
Kolaborasi dengan Akademisi dan Penelitian Lokal
Program pompanisasi menggunakan PLTS mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk akademisi. Universitas Andalas sebelumnya telah membuat prototipe pompanisasi tenaga surya yang menunjukkan efisiensi dan keberlanjutan teknologi tersebut.
Kolaborasi ini penting agar implementasi di lapangan berjalan efektif. PLN Sumbar berencana menyesuaikan desain dan kapasitas PLTS dengan kebutuhan lokal, sehingga sistem pompanisasi dapat beroperasi maksimal di seluruh area sawah.
Dengan dukungan teknologi dan energi bersih, PLTS tidak hanya mengairi sawah tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi ekonomi lokal. Petani bisa meningkatkan hasil panen, dan masyarakat akan merasakan dampak positif dari ketahanan pangan yang lebih stabil.
Menuju Pertanian Berkelanjutan dan Mandiri Energi
Pembangunan PLTS untuk irigasi 800 hektare sawah merupakan langkah konkret PLN Sumbar dalam mendukung ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan. Sistem ini memungkinkan pemanfaatan energi surya sebagai sumber daya yang murah, bersih, dan ramah lingkungan.
Ajrun Karim menekankan bahwa PLTS akan memperkuat kemandirian energi bagi pertanian, terutama di daerah yang sulit dijangkau jaringan listrik konvensional. Dengan demikian, produktivitas pertanian dapat meningkat tanpa menambah beban biaya energi yang signifikan.
Program ini menjadi contoh integrasi antara teknologi energi terbarukan dan pengelolaan sumber daya air di sektor pertanian. PLN Sumbar berharap upaya ini dapat diperluas ke daerah lain agar manfaat energi surya dapat dirasakan lebih luas oleh masyarakat petani di seluruh Sumatera Barat.
Dengan pembangunan PLTS, PLN Sumbar membawa solusi inovatif untuk meningkatkan produktivitas sawah tadah hujan seluas 800 hektare di Tanah Datar. Pompanisasi yang didukung energi surya diharapkan menambah frekuensi tanam, memperkuat ketahanan pangan, dan mendukung ekonomi lokal.
Kolaborasi antara PLN, pemerintah, masyarakat, dan akademisi menjadi kunci keberhasilan. Penerapan teknologi hijau ini menunjukkan bahwa pertanian berkelanjutan dan mandiri energi bukan lagi sekadar teori, tetapi bisa diwujudkan secara nyata.