JAKARTA - Freeport-McMoRan Inc. (FCX) memproyeksikan produksi PT Freeport Indonesia (PTFI) pada 2026 mencapai 1 miliar pon tembaga dan 0,9 juta ons emas.
Target ini turun tipis dibandingkan produksi 2025, yang tercatat 1,67 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas.
Penurunan sementara ini disebabkan oleh insiden longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) pada September 2025. FCX menegaskan bahwa pemulihan dan peningkatan produksi (ramp up) di tambang GBC akan dimulai secara bertahap pada kuartal II-2026.
Manajemen FCX menegaskan bahwa meski target 2026 lebih rendah, perusahaan tetap optimistis produksi akan kembali meningkat pada periode 2027–2029 dengan rata-rata 1,6 miliar pon tembaga dan 1,3 juta ons emas per tahun.
Pemulihan Tambang GBC dan Operasi Tambang Lain
Selain GBC, dua tambang bawah tanah lainnya, Big Gossan dan Deep Mill Level Zone (DMLZ), yang tidak terdampak longsor, sudah beroperasi kembali sejak akhir Oktober 2025. Kegiatan pemulihan dipercepat untuk mempersiapkan dimulainya GBC secara bertahap.
Presiden dan CEO FCX, Kathleen Quirk, menegaskan bahwa perusahaan tetap memprioritaskan keselamatan kerja dalam pemulihan produksi. “Kami akan terus memprioritaskan keselamatan di atas segalanya saat memulihkan operasi dan bekerja untuk memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan kami,” ujarnya.
Rencana ini mencakup pembukaan tiga blok produksi di GBC secara bertahap: PB2 pada paruh pertama 2026, PB3 dan PB1S pada paruh kedua 2026, dan PB1C dijadwalkan menyusul pada 2027.
Dampak terhadap Target Tahunan dan RKAB
Akibat insiden di GBC, penjualan tembaga dan emas PTFI pada kuartal IV-2025 terbatas, jauh di bawah perkiraan sebelumnya yakni 445 juta pon tembaga dan 345.000 ons emas. Badan bijih GBC mewakili sekitar 50% cadangan terbukti dan terduga PTFI per 31 Desember 2024, serta 70% dari proyeksi produksi hingga 2029.
Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2025, Kementerian ESDM menyetujui target penambangan bijih 212.000 ton per hari, dengan kandungan 1% tembaga dan 1 gram/ton emas. Produksi tahunan bijih ditargetkan 75–77 juta ton, sedangkan produksi konsentrat harian 10.000 ton, atau 3,5 juta ton per tahun, tergantung kadar tembaga.
Hingga pertengahan November 2025, PTFI belum melaporkan RKAB 2025 sepenuhnya, karena masih harus mengonsultasikan dampak longsor di GBC kepada Kementerian ESDM, kata VP Corporate Communications PTFI, Katri Krisnati.
Strategi Produksi dan Nilai Tambah Jangka Panjang
Meskipun produksi 2026 lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, FCX tetap menekankan peningkatan efisiensi dan pemulihan skala besar. Perusahaan juga menerapkan pembelajaran dari insiden GBC untuk mencegah risiko serupa di masa depan.
“Berdasarkan rencana pemulihan bertahap dan peningkatan produksi, FCX memperkirakan produksi tembaga dan emas PTFI dari kawasan mineral Grasberg pada 2026 akan serupa dengan volume perkiraan 2025,” tulis manajemen dalam keterangan resmi.
Produksi PTFI akan tetap meningkat secara bertahap sepanjang 2026 dan 2027. Dengan strategi ramp up yang terencana, Freeport berharap bisa mencapai target produksi jangka panjang yang stabil, serta menjaga kontribusi bagi pendapatan negara dan nilai tambah industri pertambangan.
Komitmen Keselamatan dan Manajemen Risiko
Quirk menekankan, keselamatan adalah prioritas utama dalam pemulihan tambang. Insiden GBC memicu penerapan inisiatif baru untuk mengatasi kondisi yang menimbulkan risiko kecelakaan.
“Kami telah memasukkan pelajaran dari insiden tragis baru-baru ini ke dalam rencana masa depan kami,” ujar Quirk. Langkah ini diharapkan meningkatkan ketahanan operasional tambang dan memperkuat kepercayaan pemangku kepentingan terhadap manajemen Freeport.
Dengan kombinasi strategi pemulihan bertahap, pengoperasian tambang yang tidak terdampak, dan penerapan standar keselamatan tinggi, Freeport menargetkan produksi tembaga dan emas akan kembali normal secara bertahap pada 2027.
Target produksi Freeport Indonesia pada 2026 yakni 1 miliar pon tembaga dan 0,9 juta ons emas menandai fase pemulihan pasca-insiden longsor GBC. Meskipun lebih rendah dari 2025, rencana ramp up bertahap diharapkan menjaga tren produksi jangka panjang.
Dukungan manajemen terhadap keselamatan, efisiensi biaya, dan pemulihan bertahap menegaskan komitmen Freeport dalam menghadirkan manfaat ekonomi dan industri pertambangan nasional.
Dengan strategi ini, Freeport siap menghadapi tantangan produksi di masa depan sambil tetap menjaga keselamatan pekerja dan keberlanjutan operasional.