Minyak

Minyak Jelantah MBG Indonesia Diekspor ke Singapore Airlines

Minyak Jelantah MBG Indonesia Diekspor ke Singapore Airlines
Minyak Jelantah MBG Indonesia Diekspor ke Singapore Airlines

JAKARTA - Minyak jelantah dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini menjadi komoditas ekspor bernilai tinggi.

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menyebut minyak jelantah ini dijual dua kali lipat harganya karena digunakan sebagai bahan bakar pesawat maskapai internasional, termasuk Singapore Airlines.

Program MBG, yang awalnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, kini memberi dampak tambahan berupa peluang industri bioavtur nasional. Hal ini menandai inovasi pengelolaan limbah yang bernilai ekonomi dan ramah lingkungan.

Minyak Jelantah Bernilai Tinggi di Pasar Internasional

Dadan menjelaskan bahwa Singapore Airlines sedang membangun citra ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan bakar pesawat berbasis bio. “Salah satu penggunanya adalah Singapore Airlines yang ingin mendeklarasikan sebagai maskapai berwawasan lingkungan dan 1 persen avtur berbahan bio,” ujarnya.

Minyak jelantah dari MBG berhasil menembus pasar internasional karena kualitas dan volume yang konsisten. Harganya disebut mencapai dua kali lipat dibanding harga lokal, menunjukkan nilai tambah limbah yang diolah menjadi bioavtur.

Potensi Industri Bioavtur dari MBG

Satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) menggunakan 800 liter minyak goreng per bulan, di mana 70 persen menjadi minyak jelantah. Dadan memperkirakan, pasokan dari 30.000 SPPG yang tersebar di seluruh Indonesia dapat menghasilkan jutaan liter minyak jelantah setiap bulan.

“Kita bisa menggunakan jutaan liter minyak jelantah per bulan untuk bioavtur. Dengan program makan bergizi sekarang, potensi ini mulai terasa,” kata Dadan. Hal ini membuka peluang besar bagi pengembangan industri bioavtur dalam negeri sekaligus mengurangi limbah.

Program MBG Capai Jutaan Penerima Manfaat

Program MBG telah terbangun di 15.363 SPPG yang tersebar di 38 provinsi, melayani 44,3 juta penerima manfaat. “Itu artinya 53 persen hak anak Indonesia telah kita penuhi,” ungkap Dadan.

Keberhasilan program ini tidak hanya meningkatkan gizi anak-anak, tetapi juga menciptakan dampak ekonomi dan lingkungan melalui pemanfaatan limbah minyak goreng. Pemerintah menargetkan pemenuhan hak anak-anak Indonesia untuk mendapatkan makanan bergizi pada akhir tahun 2025.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Pemanfaatan minyak jelantah sebagai bioavtur menunjukkan inovasi ekonomi sirkular yang menggabungkan gizi anak-anak, pengelolaan limbah, dan kontribusi terhadap energi ramah lingkungan. Bahan baku yang sebelumnya menjadi limbah kini memiliki nilai tinggi dan memberikan kontribusi dalam sektor transportasi udara berkelanjutan.

Dadan menekankan pentingnya peran entrepreneur lokal dalam mengumpulkan dan menyalurkan minyak jelantah. Proses ini mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi sekaligus mendukung target pemerintah dalam meningkatkan kualitas gizi dan industri bioavtur nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index