Kunci Sukses

Tiga Kunci Sukses Global untuk Siswa SMK Generasi Baru

Tiga Kunci Sukses Global untuk Siswa SMK Generasi Baru
Tiga Kunci Sukses Global untuk Siswa SMK Generasi Baru

JAKARTA - Dalam persaingan dunia kerja internasional yang terus berubah, lulusan SMK kini dituntut memiliki kualitas yang jauh lebih komprehensif dibanding generasi sebelumnya. 

Tantangan global yang semakin kompetitif mendorong pemerintah untuk memperkuat kesiapan para siswa sejak berada di bangku sekolah. 

Karena itu, Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin menegaskan pentingnya tiga aspek fundamental yang wajib dimiliki setiap siswa SMK agar mampu bersaing di level dunia.

Pesan itu disampaikan Mukhtarudin saat memberikan motivasi kepada ratusan siswa SMK dalam kegiatan “SMK Pusat Keunggulan Pasim Go Global” di Sukabumi. Ia menekankan bahwa kesuksesan internasional tidak hanya ditentukan oleh ijazah dan nilai akademik, tetapi oleh kombinasi menyeluruh antara pengetahuan, keahlian, dan mentalitas.

Menurutnya, hanya generasi yang menguasai ketiganya secara seimbang yang akan mampu memenangkan kompetisi global dalam beberapa tahun ke depan.

Tiga Aspek Utama untuk Menembus Persaingan Global

Dalam paparannya, Mukhtarudin menjelaskan bahwa aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif adalah fondasi kesuksesan. Ketiganya tidak bisa dipisahkan dan harus ditanamkan sejak masa sekolah.

Ia menyebut aspek kognitif sebagai kemampuan pengetahuan yang harus dimiliki siswa, terutama penguasaan ilmu dasar dan bahasa asing. Bekal ini dinilai sangat menentukan kesiapan lulusan SMK saat memasuki pasar kerja modern yang kini semakin terbuka lintas negara.

Kemudian, aspek psikomotorik menyangkut keahlian praktis yang menjadi identitas utama siswa SMK. Di dunia kerja global, skill yang terukur dan sesuai standar internasional adalah nilai jual yang tidak bisa ditawar.

Tak kalah penting, aspek afektif mencakup mental, sikap, dan soft skill. Mukhtarudin menegaskan, “Artinya, ilmu ada, skill ada, tapi kalau mentalnya lemah, gampang mengeluh, gampang menyerah, tidak akan sukses. Soft skill, integritas, adaptasi, komunikasi, itu penentu utama.”

Ia mengingatkan bahwa banyak pekerja migran Indonesia yang berhasil di luar negeri bukan karena mereka paling pintar, tetapi karena mereka memiliki integritas dan mental tangguh.

Budaya Indonesia sebagai Modal dan Bonus Demografi

Mukhtarudin juga mengangkat pentingnya budaya Indonesia sebagai modal besar di dunia internasional. Menurutnya, karakter ramah, disiplin, dan mudah beradaptasi adalah keunggulan yang sudah dikenali oleh banyak negara pengguna tenaga kerja dari Indonesia.

Namun, ia mengingatkan bahwa peluang emas ini tidak akan selalu terbuka. Indonesia saat ini berada pada periode bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif sangat besar. Situasi ini diperkirakan berlangsung hanya hingga 2035–2040.

Karena itu, generasi muda harus memanfaatkan kesempatan tersebut sebelum jendela peluang itu tertutup. “Kesuksesan itu tidak instan dan harus konsisten, membangun jaringan dan mencontoh budaya kerja negara maju,” ujarnya.

Mukhtarudin menegaskan bahwa hanya mereka yang memiliki keunggulan kompetitif dan komprehensif yang akan memenangkan kompetisi tersebut, terutama di sektor ketenagakerjaan global yang terus berkembang.

SMK Go Global dan Upaya Menyiapkan Lulusan Siap Kerja

Kunjungan Mukhtarudin ke Sukabumi sekaligus menjadi bentuk apresiasinya terhadap Yayasan PASIM, yang disebut telah membangun ekosistem pendidikan terpadu dari tingkat TK hingga SMK. Menurutnya, pendekatan seperti inilah yang dibutuhkan untuk mempersiapkan generasi unggul.

“Saya sangat mengapresiasi Yayasan PASIM yang tidak hanya membekali ilmu, tetapi juga mental dan fisik yang kuat. Itulah yang kita butuhkan untuk program SMK Go Global,” katanya.

Ia mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 1,6 juta lulusan SMK yang belum terserap di dunia kerja. Melihat kondisi tersebut, Presiden Prabowo Subianto menetapkan program quick win berupa penempatan 500.000 Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada 2025–2026. Dari jumlah itu, 300.000 di antaranya akan berasal dari lulusan SMK.

Mukhtarudin menambahkan, jika target tersebut belum terpenuhi, Presiden siap menambah kuota hingga satu juta penempatan. Untuk itu, pemerintah menggandeng SMK berorientasi global seperti SMK Pasim Sukabumi sebagai mitra strategis.

Ia menyebutkan bahwa Kementerian P2MI juga akan menjalin kerja sama dengan lembaga resmi di bidang pelatihan bahasa asing, pendidikan vokasi, hingga program penempatan kerja langsung ke luar negeri.

Menatap Masa Depan dengan Kompetensi Komplet

Dalam penyampaiannya, Mukhtarudin terus menekankan pentingnya persiapan sejak dini. Dunia kerja global menuntut SDM yang tidak hanya terampil, tetapi juga memiliki karakter kuat dan kemampuan adaptasi tinggi.

Ia mengajak seluruh siswa SMK untuk melihat kesempatan kerja internasional sebagai pintu masa depan yang terbuka lebar. Namun ia juga menegaskan bahwa peluang itu hanya dapat diraih bila mereka siap dengan pengetahuan, keterampilan, dan mental yang memadai.

Dengan berbagai program pemerintah yang tengah digulirkan, generasi muda Indonesia sebenarnya memiliki kesempatan besar untuk mengembangkan karier hingga tingkat global. Yang dibutuhkan hanyalah komitmen, kerja keras, dan kemauan untuk terus belajar.

Pesan terakhir Mukhtarudin kepada para siswa sederhana namun kuat: “Hanya mereka yang memiliki keunggulan kompetitif dan komprehensif yang akan menang dalam kompetisi global ini.”

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index