Rupiah

Rupiah Berpotensi Melemah di Tengah Ketidakpastian Kebijakan The Fed

Rupiah Berpotensi Melemah di Tengah Ketidakpastian Kebijakan The Fed
Rupiah Berpotensi Melemah di Tengah Ketidakpastian Kebijakan The Fed

JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah pada Jumat kembali menjadi perhatian pasar, seiring meningkatnya ketidakpastian global dan sikap Federal Reserve (Fed) yang belum memberikan sinyal jelas terkait arah suku bunga.

Meski rupiah sempat menguat pada perdagangan sebelumnya, analis memperkirakan pergerakan hari ini akan berlangsung fluktuatif dengan kecenderungan melemah di kisaran Rp16.730–Rp16.790 per dolar AS.

Prediksi ini mencerminkan kondisi pasar finansial internasional yang masih dibayangi keraguan, khususnya setelah pejabat The Fed menunjukkan sikap skeptis mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Desember. Kondisi tersebut membuat pelaku pasar menahan diri sekaligus meningkatkan tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Rupiah Menguat Tipis, Namun Tekanan Masih Membayangi

Pada penutupan Kamis, data Bloomberg mencatat rupiah justru ditutup menguat 0,17% ke level Rp16.736 per dolar AS. Penguatan ini terjadi di tengah pergerakan dolar AS yang relatif stabil, dengan indeks DXY tercatat naik tipis 0,01% ke level 100,23 pada pukul 15.00 WIB.

Meski begitu, kondisi di pasar Asia menunjukkan gambaran beragam. Sejumlah mata uang regional justru bergerak fluktuatif terhadap dolar AS.

Beberapa pergerakannya antara lain:

Yen Jepang melemah 0,11%

Dolar Hong Kong menguat 0,12%

Dolar Singapura melemah 0,05%

Dolar Taiwan melemah 0,05%

Won Korea Selatan turun 0,12%

Peso Filipina melemah 0,21%

Yuan China turun 0,03%

Ringgit Malaysia melemah 0,14%

Baht Thailand menguat 0,03%

Variasi ini menunjukkan bahwa sentimen terhadap dolar AS masih cukup dominan, sementara pasar regional bergerak tanpa arah yang jelas di tengah keraguan mengenai keputusan bank sentral terbesar dunia tersebut.

Ketidakpastian Suku Bunga The Fed Jadi Faktor Utama

Menurut pengamat komoditas dan mata uang Ibrahim Assuaibi, ketidakjelasan arah kebijakan moneter The Fed masih menjadi pendorong utama pelemahan mata uang global, termasuk rupiah.

Ia menjelaskan bahwa pejabat The Fed kini terbagi dalam dua kubu:

Pihak yang menilai inflasi masih berisiko meningkat.

Pihak yang melihat tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja.

“Para pejabat Federal Reserve (Fed) bersikap skeptis tentang pemangkasan suku bunga pada Desember,” ujar Ibrahim. Ia menambahkan bahwa pelaku pasar mulai mengurangi ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan lebih lanjut.

Kini, fokus pasar tertuju pada laporan ketenagakerjaan AS bulan September yang tertunda, yang diperkirakan akan memberikan sinyal penting terkait kesehatan pasar tenaga kerja. Para ekonom memperkirakan jumlah tenaga kerja naik sekitar 50.000, lebih tinggi dari kenaikan 22.000 pada Agustus.

Namun, bila angka tersebut keluar lebih rendah dari perkiraan, ekspektasi soal pemangkasan suku bunga dapat berubah drastis, membuka peluang volatilitas pada pasar valas.

Proyeksi Bank Indonesia: Fundamental Tetap Terjaga

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa kondisi eksternal Indonesia masih berada dalam kategori aman dan terjaga. BI memproyeksikan transaksi berjalan 2025 akan berada dalam kisaran surplus 0,1% hingga defisit 0,7% terhadap PDB.

Perkiraan ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki fundamental ekonomi yang kuat, meskipun dinamika global terus bergerak tidak menentu. BI menekankan bahwa neraca pembayaran Indonesia (NPI) sepanjang tahun ini diperkirakan tetap berdaya tahan.

Beberapa faktor pendukung ketahanan eksternal RI antara lain:

Defisit transaksi berjalan yang rendah

Potensi meningkatnya aliran modal asing

Prospek ekonomi domestik yang semakin solid

Situasi ini membantu menopang stabilitas makroekonomi nasional, terutama saat sentimen global sedang labil.

Ketahanan Eksternal Indonesia Dinilai Masih Cukup Solid

BI menegaskan bahwa hingga saat ini, ketahanan eksternal Indonesia masih terjaga dengan baik. Hal ini tercermin dari kondisi neraca pembayaran yang tetap positif dan menjadi fondasi penting dalam menghadapi ketidakpastian baru, terutama menjelang keputusan penting The Fed bulan depan.

Kombinasi fundamental domestik yang stabil dan sentimen global yang menantang membuat pergerakan rupiah berpotensi volatil. Namun, jika aliran modal tetap mengalir dan kondisi eksternal terus terjaga, tekanan terhadap rupiah dapat diminimalkan.

Ke depan, pelaku pasar akan terus mencermati perkembangan kebijakan bank sentral AS, data tenaga kerja, serta respons dari bank sentral domestik dalam menjaga stabilitas rupiah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index