BMKG

BMKG Jelaskan Pemicu Hujan Deras Kembali Guyur Jakarta

BMKG Jelaskan Pemicu Hujan Deras Kembali Guyur Jakarta
BMKG Jelaskan Pemicu Hujan Deras Kembali Guyur Jakarta

JAKARTA - Situasi cuaca di Jakarta kembali menarik perhatian publik setelah hujan deras mengguyur sebagian wilayah Ibu Kota pada Selasa. 

Kondisi ini terjadi hanya beberapa hari setelah warga menikmati cuaca cerah berkepanjangan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemudian memaparkan penjelasan mengenai faktor-faktor atmosfer yang memicu perubahan drastis tersebut.

Hujan lebat yang turun kemarin bahkan menyebabkan genangan dan banjir di sejumlah titik. Hal ini menimbulkan pertanyaan terkait penyebab cuaca ekstrem yang muncul setelah periode kering. Melalui penjelasan resmi, BMKG menguraikan rangkaian fenomena global hingga lokal yang berperan menciptakan hujan mendadak itu.

Kombinasi Fenomena Atmosfer Global dan Regional

BMKG menjelaskan bahwa hujan deras pada tanggal 18 November 2025 bukan sekadar kejadian lokal, melainkan efek gabungan dari dinamika atmosfer skala besar. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengungkap bahwa beberapa fenomena global turut memengaruhi kondisi cuaca Jakarta.

Menurutnya, analisis streamline angin pada lapisan 925 mb menunjukkan bahwa atmosfer Jakarta dipengaruhi oleh La Nina lemah dan IOD negatif. Kedua fenomena global ini membuat suplai uap air di wilayah Indonesia meningkat sehingga peluang terbentuknya awan hujan menjadi lebih besar.

Selain fenomena global, ada pula pengaruh dari sistem atmosfer regional seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), serta gelombang Kelvin dan Rossby. Ketiganya memperkuat proses pertumbuhan awan di kawasan tropis, termasuk Jakarta, sehingga memicu turunnya hujan deras.

Faktor Lokal: Pemanasan Daratan dan Awan Kumulonimbus

Selain pengaruh global dan regional, Jakarta juga mengalami dinamika lokal yang mempercepat pembentukan awan hujan. Guswanto menjelaskan bahwa daratan Ibu Kota mengalami pemanasan permukaan yang kuat pada siang hari. Proses ini meningkatkan konveksi, yaitu gerakan udara naik yang kerap menjadi pemicu tumbuhnya awan-awan hujan.

“Ketika kelembapan tinggi dari laut sekitar masuk, terbentuk awan kumulonimbus yang menghasilkan hujan deras,” ujar Guswanto dalam keterangan kepada wartawan.

Awan kumulonimbus merupakan tipe awan besar dan vertikal yang kerap membawa hujan intens, kilat, bahkan angin kencang. BMKG menyebutkan bahwa perpaduan antara pemanasan daratan dan masuknya kelembapan dari laut menjadi pemicu kuat terbentuknya awan ini, yang kemudian menjatuhkan hujan dalam intensitas tinggi.

Konvergensi Angin Perkuat Awan Hujan di Jakarta

Proses lain yang ikut memperkuat hujan deras kemarin adalah terjadinya konvergensi angin lokal. Konvergensi ini terjadi ketika angin dari dua arah yang berbeda bertemu di satu titik, sehingga menimbulkan area penumpukan massa udara yang mendorong terbentuknya awan hujan tebal.

Menurut Guswanto, angin dari Laut Jawa bertemu dengan angin dari arah daratan, menciptakan zona pertemuan yang justru memperbesar peluang hujan. Zona ini kemudian bertindak sebagai “jalur pengumpul” awan yang menyebabkan hujan turun dengan intensitas tinggi.

Ia menegaskan bahwa hujan deras tersebut bukan karena efek modifikasi cuaca yang sudah selesai, tetapi murni fenomena atmosfer alami. 

“Hujan deras yang kembali turun di Jakarta pada 18 November 2025 bukan karena efek modifikasi cuaca sudah habis, melainkan akibat curah hujan tinggi alami yang dipicu kondisi atmosfer di daerah konvergensi (Huruf C) yang mengumpulkan awan hujan di Jakarta,” jelasnya.

Hujan Kembali Setelah Periode Cerah

Sebelumnya, Jakarta sempat diguyur hujan deras pada akhir Oktober hingga awal November, yang sempat memicu berbagai upaya mitigasi seperti modifikasi cuaca oleh Pemprov DKI. Setelah itu, intensitas hujan mulai menurun dan cuaca cerah mendominasi selama sekitar satu pekan terakhir.

Namun, kondisi berubah secara drastis pada Selasa. Hujan deras tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga melanda sejumlah daerah penyangga seperti Bogor, Bekasi, dan Depok. Curah hujan tinggi yang datang mendadak ini kembali memunculkan ancaman genangan dan banjir di beberapa titik rawan.

BMKG mengingatkan bahwa perubahan cuaca semacam ini masih mungkin terjadi, mengingat Indonesia saat ini berada dalam masa transisi dan dipengaruhi oleh banyak faktor atmosfer berskala besar.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index