JAKARTA - Tahun ini, industri otomotif nasional menghadapi tantangan berat.
Penjualan mobil menurun, daya beli masyarakat menurun, dan target produksi jauh dari harapan. Pemerintah berencana memberikan insentif untuk menjaga kelangsungan sektor ini.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, selama 10 bulan pertama tahun ini, penjualan mobil baru mencapai 635 ribu unit, turun sekitar 10 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Target Penjualan Masih Jauh dari Capaian
Target penjualan hingga akhir tahun mencapai 900 ribu unit, sehingga masih ada 264 ribu unit yang harus dijual. Ini berarti rata-rata penjualan tiap bulan hingga akhir tahun harus mencapai 132 ribu unit. Tantangan ini menuntut adanya langkah strategis agar industri tidak stagnan.
Pemerintah melihat perlunya stimulus fiskal untuk mendorong permintaan dan menjaga stabilitas produksi, mirip dengan kebijakan PPNBM yang pernah diterapkan selama pandemi Covid-19.
Desain Skema Insentif Sedang Disiapkan
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, Kemenperin tengah menyusun desain skema insentif yang tepat sasaran. Insentif ini diharapkan mendorong permintaan kendaraan sekaligus menjaga investasi dan produksi industri.
“Kami sedang menggodok kebijakan insentif dan stimulus untuk sektor otomotif yang akan diajukan ke Menko Perekonomian. Fokusnya adalah perlindungan tenaga kerja dan keberlanjutan investasi industri,” ujarnya.
Fokus Utama: Tenaga Kerja dan Investasi
Sektor otomotif memiliki multiplier effect tinggi terhadap ekonomi, baik melalui keterkaitan ke hulu maupun hilir, serta menyerap tenaga kerja signifikan. Oleh karena itu, kebijakan ini tidak hanya menstimulus penjualan, tetapi juga melindungi pekerja dari risiko PHK dan menciptakan lapangan kerja baru.
Agus menambahkan, dengan insentif yang tepat, sektor otomotif diharapkan bisa tumbuh lebih cepat, berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan manufaktur, dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Langkah Pemerintah Selanjutnya
Usulan insentif ini akan dibahas lebih lanjut oleh pemerintah, termasuk Menko Perekonomian, untuk dimasukkan dalam kebijakan fiskal 2026. Skema ini diharapkan bisa mengatasi tekanan pasar domestik sekaligus menjaga daya saing industri otomotif Indonesia.
Kemenperin menekankan, stimulus akan disusun dengan memperhatikan kedua sisi: demand side untuk mendorong konsumsi, dan supply side untuk melindungi produksi dan investasi. Dengan langkah ini, sektor otomotif diharapkan kembali pulih seperti saat insentif PPNBM diterapkan.
Optimisme Pemulihan Industri
Meski penjualan mobil menurun, pemerintah optimis insentif yang tepat dapat menstimulasi pasar. Dengan dukungan fiskal, daya beli masyarakat bisa meningkat, produsen tetap berjalan, dan industri otomotif tetap menjadi salah satu penggerak ekonomi nasional.
Langkah ini juga sejalan dengan upaya menciptakan stabilitas industri otomotif jangka panjang, termasuk kesiapan menghadapi dinamika global dan persaingan kendaraan impor, khususnya dari mobil listrik dan kendaraan ramah lingkungan.