JAKARTA - Upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas pembiayaan negara kembali terlihat melalui pelaksanaan lelang Surat Utang Negara (SUN) hari ini, Selasa.
Berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya, lelang kali ini didorong oleh strategi pendalaman pasar sekaligus memastikan kecukupan likuiditas untuk kebutuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menargetkan penghimpunan dana sebesar Rp23 triliun. Target tersebut tercantum dalam pengumuman resmi DJPPR yang merinci mekanisme dan seri SUN yang dibuka bagi pelaku pasar.
Sembilan Seri SUN Dibuka, Dari SPN hingga Obligasi Negara
Dalam lelang ini, pemerintah menawarkan sembilan seri SUN yang terdiri dari tiga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan enam Obligasi Negara (ON). Tiga SPN tersebut meliputi SPN01251220 (New Issuance), SPN03260218 (New Issuance), dan SPN12261105 (Reopening).
Ketiga seri SPN itu menawarkan kupon diskonto dengan tenor jatuh tempo antara 20 Desember 2025 hingga 5 November 2026. Instrumen berjangka pendek tersebut biasanya menjadi alternatif bagi investor yang mengincar likuiditas tinggi.
Sementara itu, enam seri Obligasi Negara yang ikut dilelang terdiri dari FR0109 (Reopening), FR0108 (Reopening), FR0106 (Reopening), FR0107 (Reopening), FR0102 (Reopening), dan FR0105 (Reopening). Masing-masing seri memiliki kupon antara 5,87% hingga 7,12%, yang memberi pilihan beragam bagi investor sesuai profil risiko mereka.
Kupon Tertinggi dan Tenor Terpanjang Menarik Perhatian
Dalam daftar seri ON, kupon tertinggi berada pada FR0106 dan FR0107 yang sama-sama menawarkan imbal hasil 7,12%. FR0106 memiliki jatuh tempo 15 Agustus 2040, sedangkan FR0107 jatuh tempo 15 Agustus 2045, sehingga sama-sama berada di kelompok tenor menengah–panjang.
Namun, keduanya bukan seri dengan tenor terpanjang dalam lelang kali ini.
Tenor terpanjang justru dimiliki FR0105 yang memiliki jatuh tempo hingga 15 Juli 2064, dengan kupon 6,87% yang tetap tergolong menarik bagi investor berorientasi jangka panjang.
Adapun tenor terpendek ditemukan pada FR0109 yang jatuh tempo 15 Maret 2031.
Instrumen ini juga menawarkan kupon terkecil, yakni 5,87%, sehingga lebih sesuai bagi investor yang menyukai risiko rendah.
Sebelumnya, minat pasar terhadap SUN menunjukkan pola yang cukup fluktuatif.
Pada beberapa lelang terakhir, total penawaran tercatat dapat mencapai antara Rp87 triliun hingga Rp117 triliun.
Mendukung Kebutuhan Pembiayaan APBN 2025
Pelaksanaan lelang hari ini berlangsung mulai pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB.
Pemerintah menegaskan bahwa lelang ini merupakan bagian dari strategi pembiayaan APBN 2025 secara bertahap.
Hasil lelang akan dilunasi pada tanggal settlement 20 November 2025 sesuai jadwal yang ditetapkan.
Melalui keterangan resmi, DJPPR menjelaskan bahwa lelang ini memiliki target indikatif Rp23 triliun, dengan batas maksimal mencapai 150% dari angka tersebut.
“Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2025. Target indikatif Rp23 triliun, dengan target maksimal 150% dari target indikatif,” tulis pengumuman DJPPR.
Pernyataan tersebut menegaskan pentingnya lelang sebagai sarana menjaga stabilitas anggaran pemerintah.
Lelang sepenuhnya diselenggarakan oleh Bank Indonesia dengan sistem terbuka dan metode harga beragam.
Investor yang mengajukan penawaran kompetitif akan membayar sesuai yield yang mereka ajukan, sementara peserta non-kompetitif mengikuti hasil rata-rata tertimbang dari penawaran yang dinyatakan menang.
Peserta Utama hingga Mekanisme Penentuan Yield
Bank Indonesia menunjuk sejumlah dealer utama dari kalangan perbankan nasional untuk mengikuti lelang ini.
Bank-bank seperti BCA, BNI, BRI, Mandiri, Danamon, Panin, OCBC, Maybank, dan beberapa lainnya tercatat sebagai peserta yang akan mengajukan penawaran.
Selain itu, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Bank Indonesia (BI) juga bertindak sebagai peserta yang dapat memasukkan penawaran.
Kehadiran institusi besar ini biasanya menjadi indikator penting bagi pasar terkait arah permintaan SUN di periode tertentu.
Dalam mekanismenya, pemenang dengan competitive bids akan membayar berdasarkan yield yang mereka ajukan.
Sebaliknya, pemenang non-kompetitif akan membayar berdasarkan yield rata-rata tertimbang yang menang pada sesi kompetitif.
Metode ini digunakan untuk menciptakan harga yang lebih mencerminkan kondisi pasar.
Selain itu, mekanisme ini juga membantu pemerintah memperoleh biaya utang yang optimal.