Modal Ventura

Arah Baru Modal Ventura Indonesia di Tengah Tekanan Global

Arah Baru Modal Ventura Indonesia di Tengah Tekanan Global
Arah Baru Modal Ventura Indonesia di Tengah Tekanan Global

JAKARTA - Industri modal ventura di Indonesia kini memasuki fase baru seiring dinamika ekonomi global yang mempengaruhi perilaku pendanaan di sektor teknologi.

Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menilai perubahan arah ini terjadi karena tekanan ekonomi global yang memicu fenomena tech winter, situasi ketika perusahaan teknologi mengalami pelemahan valuasi dan penurunan minat investasi.

Ketua Umum Aftech Pandu Sjahrir mengungkapkan bahwa kondisi tersebut membuat pelaku modal ventura mengubah strategi pembiayaan mereka.

Jika sebelumnya fokus diarahkan pada pendanaan berisiko tinggi untuk start-up tahap awal, kini pendekatan itu bergeser menuju bisnis dengan struktur profitabilitas lebih jelas.

“Soal tech winter. Bisnis venture sekarang sudah berubah, baik di dunia maupun Indonesia. Mereka (modal ventura) mencoba mencari bisnis yang profitabilitasnya jelas,” ungkapnya di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (13/11/2025).

Menurut Pandu, pandemi global, kenaikan suku bunga, dan ketegangan geopolitik turut menjadi katalis perubahan strategi investasi teknologi secara internasional.

Dalam 12 bulan terakhir, perubahan arah itu semakin terlihat dan berdampak pada ekosistem teknologi di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Tech Growth Jadi Primadona Baru Modal Ventura

Pergeseran strategi pendanaan membuat pelaku modal ventura kini lebih agresif mencari peluang di sektor tech growth dibandingkan tech venture tahap awal.

Pandu menjelaskan bahwa sektor tech growth dianggap memiliki risiko lebih terkendali dan prospek keuntungan yang lebih menjanjikan dibandingkan investasi pada tahap inkubasi atau seed.

“Sebenarnya sektor yang sekarang lagi bagus bagi industri modal ventura itu tech growth, bukan tech venture,” jelas Pandu.
Ia menambahkan bahwa ketika model bisnis perusahaan teknologi telah matang dan terbukti, pendanaan akan lebih mudah masuk melalui skema tech growth funding.

“Nantinya kalau sudah bisnis modelnya sudah pas, langsung didanakan oleh tech growth funding. Jadi, sekarang ada tema baru bukan lagi venture risk, melainkan dilakukan growth risk yang dicari oleh banyak venture,” katanya.

Kecenderungan ini menunjukkan bahwa investor semakin selektif terhadap peluang investasi.
Alih-alih menanam modal pada perusahaan yang baru memiliki model bisnis awal, modal ventura kini lebih memilih usaha yang telah menunjukkan ketahanan, traction, dan keberlanjutan.

Pandu juga menekankan bahwa tren tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia.
Perubahan arah modal ventura juga terpantau di Amerika Serikat dan China, dua negara yang menjadi barometer global dalam perkembangan teknologi.

AI Jadi Bidang Paling Menarik di Mata Investor

Perubahan iklim bisnis modal ventura bukan semata tentang kehati-hatian investor, tetapi juga soal peluang baru yang muncul dari perkembangan teknologi tertentu.

Menurut Pandu, sektor aplikasi kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu bidang yang paling menjanjikan di Indonesia.

Ia menilai bahwa peluang besar dalam pengembangan AI membuat pelaku modal ventura semakin fokus mengeksplorasi potensi pendanaan di sektor ini.

“Poinnya, memang the business of venture itu sedang berubah juga. Sebenarnya di dunia dan Indonesia, para pemodal ikuti track itu. Sekarang, tinggal dilihat perkembangannya,” ungkap Pandu.

Tren pertumbuhan AI, dipadukan dengan kebutuhan digitalisasi berbagai industri, membuka ruang investasi baru yang dianggap lebih potensial.

Peluang ini membuat modal ventura lebih percaya diri untuk kembali meningkatkan eksposur pembiayaan mereka setelah era tech winter.

OJK: Pergeseran Target Pembiayaan Semakin Terlihat

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat perubahan signifikan dalam arah pembiayaan modal ventura sepanjang tahun 2025.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman menegaskan bahwa tech winter masih memberikan efek lanjutan bagi ekosistem start-up.

“Dengan demikian, membuat pergeseran pada target pasar perusahaan modal ventura,” katanya.
Menurut Agusman, pelaku modal ventura kini lebih banyak menargetkan sektor riil sebagai sasaran pembiayaan, bukan hanya perusahaan berbasis teknologi digital.

Ia memproyeksikan bahwa penyaluran pembiayaan modal ventura akan tetap tumbuh hingga akhir tahun, tetapi dengan pendekatan selektif.

“Penyaluran modal ventura masih tetap berlanjut tumbuh secara selektif, dengan fokus utama pada start-up yang memiliki modal bisnis yang berkelanjutan,” ucapnya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pelaku industri kini lebih teliti dalam memilih perusahaan yang memiliki fondasi kuat, bukan sekadar pertumbuhan agresif tanpa struktur pendapatan yang solid.

Kinerja Industri Modal Ventura Tetap Positif Sepanjang 2025

Meskipun dilanda perubahan arah investasi, kinerja industri modal ventura justru mengalami tren yang positif sepanjang 2025.
Data OJK menunjukkan bahwa industri modal ventura mencetak laba sebesar Rp474,4 miliar per September 2025.

Agusman menjelaskan bahwa laba tersebut terutama ditopang oleh peningkatan evaluasi portofolio investee atau perusahaan yang menerima pendanaan.
Kenaikan nilai portofolio itu mengindikasikan bahwa perusahaan yang dibiayai mampu menunjukkan performa yang sejalan dengan harapan investor.

Berdasarkan data statistik OJK, laba industri modal ventura terus merangkak naik. Industri mulai mencetak laba Rp137 miliar pada Februari 2025, kemudian meningkat menjadi Rp315 miliar pada Juni2025, dan mencapai Rp474,37 miliar pada Agustus 2025.Laba September naik 0,01% secara bulanan, menandakan kinerja yang tetap stabil.

Selain itu, penyaluran pembiayaan modal ventura juga tumbuh positif.
Nilai pembiayaan tercatat mencapai Rp16,29 triliun per September 2025, atau tumbuh 0,21% secara tahunan (YoY).

Tren ini menunjukkan bahwa meskipun iklim bisnis berubah, industri modal ventura masih mampu mencatatkan pertumbuhan dan menyesuaikan strategi mereka terhadap dinamika ekonomi global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index