JAKARTA - Menyambut Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober, semangat gotong-royong ribuan pemuda Indonesia diwujudkan dalam pembangunan rumah layak huni bagi keluarga berpenghasilan rendah. Kegiatan bertajuk 28UILD 2025 diinisiasi oleh Habitat for Humanity Indonesia dan melibatkan sekitar 400 relawan muda yang turun tangan langsung di lapangan.
"Pemuda adalah harapan dan sudah membuktikan dalam sejarah sebagai pembawa perubahan bagi bangsa Indonesia. Melalui 28UILD, kami ingin mengajak para pemuda untuk terus berani bermimpi dan bertindak untuk turut membangun Indonesia yang lebih baik,” ujar Handoko Ngadiman.
Kegiatan ini menyoroti permasalahan backlog perumahan nasional yang mencapai lebih dari 12 juta unit. Tahun ini, 28UILD 2025 digelar serentak di Tangerang, Yogyakarta, dan Gresik, pada Sabtu, 25 Oktober 2025.
Ratusan relawan muda berkolaborasi membangun rumah mulai dari pondasi, pemasangan tembok, hingga pengecatan, sambil berbagi tawa dan percakapan hangat.
Bergabung dengan sejumlah influencer, seperti Han Chandra dan komunitas Act of Love yang didirikan Cinta Laura, mereka menyatukan energi untuk aksi nyata bagi sesama.
"Semoga semakin banyak anak muda yang menghidupkan semangat Sumpah Pemuda melalui aksi nyata dalam pengentasan kemiskinan rumah di Indonesia untuk keluarga-keluarga prasejahtera," kata Handoko.
Relawan Muda Tak Sekadar Membangun
Selain pembangunan fisik, 28UILD 2025 juga menghadirkan lomba kreatif dengan total hadiah Rp16 juta, mencakup desain kaos, yel-yel, jingle, dan liputan kegiatan. Lomba ini menjadi wadah bagi generasi muda menyalurkan ide, energi, dan kreativitas mereka untuk menggaungkan pesan rumah layak huni bagi semua.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda sendiri pertama kali ditetapkan pada 1960 melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959. Semangat ini lahir dari Kongres Pemuda II yang digelar 27–28 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Jakarta Pusat, dan diikuti oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).
PPPI mengumpulkan pelajar dari seluruh Indonesia dengan tujuan memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan. Kongres tersebut melahirkan ikrar Sumpah Pemuda: bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia; dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar Pemuda dan Semangat Persatuan
Lewat ikrar tersebut, para pemuda berkomitmen menjaga persatuan Indonesia, baik sebagai tanah air, bangsa, maupun dalam bahasa. Peringatan Hari Sumpah Pemuda kini menjadi motivasi bagi generasi muda untuk berkontribusi membangun negara di berbagai bidang, mulai dari sosial, politik, hingga budaya.
Peringatan ini juga menegaskan pentingnya nilai kebersamaan dan keberagaman. Indonesia sebagai negara majemuk membutuhkan pemuda yang mampu bersinergi untuk perubahan sosial. Kegiatan seperti 28UILD 2025 menjadi bukti nyata bahwa pemuda tidak hanya mengenang sejarah, tetapi juga mengambil tindakan konkret demi kesejahteraan masyarakat.
Dukungan Pemerintah melalui KUR Perumahan
Selain aksi sosial, pemerintah juga mendukung pembangunan rumah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Perumahan. Chief Executive Officer Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), Rosan Roeslani, menandai adanya kemungkinan penambahan pendanaan KUR pada 2026. Tahun ini, KUR Perumahan telah dialokasikan sebesar Rp130 triliun.
"Program KUR Perumahan ini yang kita alokasikan Rp130 triliun pada tahun ini. Kalau ini penyerapannya baik, lancar semuanya, jadi tahun depan kita bisa lihat lagi untuk memperbesar alokasi KUR untuk perumahan," kata Rosan usai acara Gotong Royong Perumahan Warisan Bangsa, di Balai Sarbini, Jakarta.
Bank BUMN dalam Himpunan Bank Negara (Himbara) turut aktif melaksanakan program ini. Mengingat backlog perumahan mencapai 15 juta unit, pemberian bunga rendah, antara 5,5–6 persen, dinilai efektif untuk mempermudah kepemilikan rumah bagi keluarga prasejahtera.
Kegiatan 28UILD 2025 menjadi contoh nyata bagaimana pemuda Indonesia dapat menyalurkan semangat Sumpah Pemuda melalui aksi sosial yang konkret. Dengan menggabungkan gotong-royong, kreativitas, dan dukungan pemerintah, generasi muda tidak hanya mengingat sejarah, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik bagi masyarakat berpenghasilan rendah.