Indonesia Menuju Swasembada Beras, Jagung, dan Gula

Jumat, 21 November 2025 | 13:38:40 WIB
Indonesia Menuju Swasembada Beras, Jagung, dan Gula

JAKARTA - Indonesia semakin dekat dengan pencapaian swasembada beras. 

Presiden Prabowo Subianto menegaskan target yang awalnya direncanakan empat tahun, kini dipercepat menjadi satu tahun. Keberhasilan ini menandai langkah strategis pemerintah dalam memastikan ketahanan pangan nasional.

Namun, untuk komoditas lain seperti jagung dan gula, tantangan masih cukup besar. Pemerintah menetapkan target swasembada jangka menengah hingga panjang untuk kedua komoditas ini, menekankan perlunya perbaikan manajemen dan dukungan investasi.

Swasembada Beras di Ujung Mata

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan Indonesia berada di jalur tepat menuju swasembada beras pada akhir 2025. “Insyaallah tanggal 31 Desember jam 12.00 WIB. Kalau tidak ada aral melintang, Indonesia swasembada pangan,” ujarnya.

Produksi beras nasional Januari–Oktober 2025 telah mencapai 31.038.197 ton, tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Cadangan beras pemerintah di gudang Perum Bulog meningkat hingga 4,2 juta ton pada Juni 2025, menegaskan kemandirian pangan dalam waktu singkat.

Langkah Pemerintah Mendukung Petani

Keberhasilan swasembada beras juga didorong oleh regulasi dan pembiayaan sektor pertanian. Pemerintah menaikkan harga gabah kering panen (GKP) menjadi Rp6.500 per kilogram untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Selain itu, 145 regulasi terkait distribusi pupuk bersubsidi dipangkas. Dengan produksi tinggi, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan menegaskan Indonesia tidak membuka keran impor beras pada 2025, berbeda dengan tahun sebelumnya yang mencapai 4,5 juta ton.

Tantangan Swasembada Jagung

Sementara beras telah aman, jagung memerlukan perhatian lebih, terutama manajemen pascapanen. Produksi jagung pipilan kering (JPK) hingga Juli 2025 tercatat 9,45 juta ton, cukup untuk konsumsi domestik dan ekspor.

Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI), Sholahuddin, menyoroti keterbatasan gudang dan alat pengering. Sekitar 65% produksi dipanen pada kuartal pertama, sehingga risiko kualitas menurun tinggi. Dukungan berupa gudang penyimpanan, mesin pengering, dan subsidi benih premium dianggap penting.

Swasembada Gula Masih Butuh Dukungan Investasi

Sementara itu, swasembada gula putih baru ditargetkan pada 2027. Produksi gula nasional saat ini baru mencapai 2,5 juta ton, sedangkan kebutuhan mencapai 7,1 juta ton. Pemerintah membuka peluang investasi swasta untuk meningkatkan produksi.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan, “Ya dibuka investasi [swasta]. Anda mau investasi, saya buka.” Selain penambahan lahan tebu seluas 500.000 hektare, target swasembada gula konsumsi ditetapkan 2028, dan produksi bioetanol ditargetkan meningkat pada 2030.

Menuju Ketahanan Pangan Nasional

Keberhasilan swasembada beras menjadi momentum bagi Indonesia dalam mengelola ketahanan pangan. Pemerintah menunjukkan bahwa kombinasi regulasi, dukungan finansial, dan strategi distribusi dapat mempercepat pencapaian target nasional.

Sementara jagung dan gula masih memerlukan perhatian, langkah-langkah perbaikan manajemen, peningkatan infrastruktur, dan keterlibatan sektor swasta menjadi kunci. Dengan strategi ini, Indonesia diharapkan mampu mencapai swasembada komoditas penting lainnya dalam beberapa tahun mendatang.

Terkini

Kebiasaan Sehari-hari yang Bikin Tagihan Listrik Membengkak

Jumat, 21 November 2025 | 15:54:07 WIB

WhatsApp Hadirkan Fitur “About” Mirip Instagram Notes

Jumat, 21 November 2025 | 15:54:06 WIB

Google Luncurkan AI Gemini Nano Banana Pro Canggih

Jumat, 21 November 2025 | 15:54:05 WIB

Tips Aman Membersihkan TV Layar Datar Tanpa Rusak

Jumat, 21 November 2025 | 15:54:04 WIB

Panduan Lengkap Daftar Petugas Haji 2026 Online

Jumat, 21 November 2025 | 15:54:03 WIB