Aksi Bersih Sungai Dorong Tata Kelola Air Berkelanjutan

Jumat, 21 November 2025 | 11:34:32 WIB
Aksi Bersih Sungai Dorong Tata Kelola Air Berkelanjutan

JAKARTA - Kesadaran akan pentingnya sungai sebagai sumber kehidupan kini kembali menjadi sorotan. 

Di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur, kondisi lingkungan—terutama sungai-sungai besar di perkotaan—sering kali tertinggal dari perhatian utama. Padahal, keberlangsungan aliran air bersih sangat terkait dengan kualitas hidup masyarakat. 

Melalui momentum Hari Bakti ke-80, pemerintah mencoba mengajak publik mengembalikan perhatian pada sungai sebagai bagian tak terpisahkan dari ekosistem sosial dan lingkungan.

Dalam konteks itulah, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memilih Sungai Ciliwung sebagai titik awal gerakan nasional. Langkah ini bukan sekadar simbolik, tetapi juga menegaskan pentingnya pemeliharaan sungai sebagai dasar pembangunan berkelanjutan dan infrastruktur berkeadilan di Indonesia.

Kick-Off Hari Bakti di Sungai Ciliwung

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) membersihkan Sungai Ciliwung, Pancoran, Jakarta Selatan, untuk membuka rangkaian (kick-off) Hari Bakti ke-80 bertema "Infrastruktur Berkeadilan, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju".

"Pagi ini, kita memulai kick-off Nasional Hari Bakti PU di tepian Sungai Ciliwung, titik awal rangkaian susur sungai yang akan bergulir di berbagai daerah di seluruh Indonesia," kata Menteri Pekerjaan Umum Dodi Hanggodo di Jalan Inspeksi Ciliwung, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat.

Dia mengatakan aliran Sungai Ciliwung menjadi permulaan untuk gerakan nasional yang puncaknya diperingati pada 3 Desember 2025. 

Pemilihan Ciliwung mencerminkan masalah klasik sungai perkotaan yang kerap berubah warna menjadi cokelat, menandakan adanya kerusakan di bagian hulu. Pada musim hujan, kondisi semakin diperburuk oleh lumpur dan sedimentasi yang membuat sungai menyempit dan berpotensi menyebabkan banjir.

Membangun Fondasi Tata Kelola Air

Kegiatan bersih dan sehat sungai itu diharapkan menjadi fondasi tata kelola air yang baik, seperti ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019, yang membingkai tiga pilar besar yakni konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

"Kegiatan ini mungkin terlihat sederhana, tapi mengandung makna yang sangat besar. Sungai bukan sekadar aliran air, melainkan ruang hidup masyarakat, ruang interaksi sosial, dan ruang pendidikan lingkungan bagi generasi mendatang," ujar Dodi.

Ia menekankan bahwa kegiatan ini harus dapat mengajak semua pihak lebih memahami kondisi sungai, menyadari pentingnya kebersihan, dan menumbuhkan komitmen menjaga kelestarian lingkungan air. 

Edukasi mengenai sungai juga diharapkan tumbuh dari kegiatan lapangan seperti ini, yang memperlihatkan secara langsung kondisi aktual di berbagai wilayah.

Selaras dengan Arah Kebijakan Nasional

Komitmen ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, yakni pengelolaan air, termasuk normalisasi sungai, harus dilakukan untuk memastikan air bukan sumber bencana, tetapi sumber produktivitas untuk masyarakat.

Pendekatan ini menempatkan air sebagai hak dasar rakyat yang harus tersedia dalam jumlah cukup, berkualitas, aman, dan berkelanjutan.

Menurut Dodi, intervensi pemerintah tidak hanya penting untuk mengatasi kerusakan sungai, tetapi juga untuk mencegah dampak jangka panjang seperti banjir, kekeringan, dan kerusakan lingkungan yang dapat menghambat pembangunan ekonomi. Penanganan sungai yang tidak terpadu juga berisiko menimbulkan kerugian sosial dan finansial bagi masyarakat.

Karena itu, kegiatan pembersihan sungai tidak hanya dilihat sebagai aksi simbolis, tetapi juga sebagai bagian dari upaya strategis memastikan infrastruktur air berjalan sesuai fungsi dan kebutuhan masyarakat luas.

Kolaborasi Berbagai Pihak untuk Menjaga Sungai

Oleh karena itu, Kementerian PU mengapresiasi seluruh pihak yang hadir dan terlibat dalam kegiatan tersebut, di antaranya pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, Polri, komunitas peduli sungai, dan masyarakat Sungai Ciliwung.

"Semoga kegiatan pada pagi hari ini bukan hanya menjadi ajang silaturahmi belaka, tetapi juga menjadi pengingat bahwa merawat sungai adalah merawat kehidupan," tutur Dodi.

Keterlibatan banyak unsur ini menunjukkan bahwa pengelolaan sungai tidak dapat dilakukan satu lembaga saja. Sungai adalah ruang yang dimanfaatkan oleh banyak pihak sehingga pemeliharaannya pun memerlukan kerja sama lintas sektor. 

Peran masyarakat menjadi sangat penting karena merekalah yang sehari-hari berinteraksi langsung dengan sungai serta paling merasakan dampak lingkungan yang baik maupun buruk.

Dari Simbol Menjadi Gerakan Berkelanjutan

Melalui momentum Hari Bakti, pemerintah berharap aksi bersih sungai tidak berhenti pada satu kegiatan tahunan, melainkan berkembang menjadi gerakan berkelanjutan. Kesadaran publik perlu terus dibangun agar pemeliharaan sungai tidak lagi dianggap tugas pemerintah semata, tetapi menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat.

Jika sungai kembali sehat, aliran air dapat kembali stabil, risiko banjir menurun, dan kualitas lingkungan meningkat. Upaya ini sekaligus mendukung cita-cita pembangunan infrastruktur yang berkeadilan dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

Terkini

Kemenkop dan PWI Bersinergi Dongkrak Kebangkitan Koperasi

Jumat, 21 November 2025 | 13:38:55 WIB

Kemenekraf Dorong Buku Promosikan Lokasi Syuting Indonesia

Jumat, 21 November 2025 | 13:38:51 WIB

Mendikti Dorong Lulusan Sarjana Indonesia Kerja Global

Jumat, 21 November 2025 | 13:38:48 WIB

PNBP ESDM Capai 85 Persen Target APBN 2025

Jumat, 21 November 2025 | 13:38:44 WIB

BPKH Jajaki Investasi King Salman Gate di Makkah

Jumat, 21 November 2025 | 13:38:42 WIB