China Raksasa Energi Bersih, Enggan Pimpin Aksi Iklim

Kamis, 20 November 2025 | 09:49:41 WIB
China Raksasa Energi Bersih, Enggan Pimpin Aksi Iklim

JAKARTA - Sejak Amerika Serikat keluar dari Perjanjian Paris di era Donald Trump, dunia menatap ke China sebagai kekuatan baru di panggung energi bersih. 

Meskipun menjadi penghasil emisi terbesar, China justru muncul sebagai raksasa teknologi hijau, meski enggan memimpin diplomasi iklim secara resmi.

Negeri Tirai Bambu memproduksi mayoritas panel surya dunia, kendaraan listrik, dan teknologi baterai, menjadikannya pemain kunci dalam transisi energi global. Namun, strategi ini lebih difokuskan untuk kepentingan domestik dan ekonomi, bukan sebagai kepemimpinan diplomatik formal.

China: Dominasi Pasar Energi Bersih

“China memproduksi sebagian besar produk teknologi bersih yang dibutuhkan dunia untuk mendekarbonisasi,” kata Li Shuo, direktur China Climate Hub di Asia Society Policy Institute.

Negara ini memproduksi lebih dari 85 persen panel surya dunia dan menguasai pasar kendaraan listrik serta baterai. Pada 2024, investasi di sektor teknologi bersih mencapai $625 miliar, tertinggi di dunia.

Chris Aylett dari Chatham House menilai, “Mereka menyadari sekitar 20 tahun lalu bahwa teknologi bersih punya nilai strategis dan mereka bisa memanfaatkan keahlian serta kekuatan industri untuk mendapatkan keunggulan strategis.”

Industri energi bersih kini menyumbang sekitar seperempat pertumbuhan PDB China, dan permintaan global diperkirakan semakin meningkat.

Pengaruh Global South

Energi terbarukan China tidak hanya menguntungkan domestik, tapi juga negara berkembang. Tenaga angin dan surya memenuhi 84 persen permintaan listrik baru domestik pada 2024, sementara ekspor panel surya meningkat 32 persen ke negara Global South.

Negara penerima impor termasuk Brasil, Meksiko, Pakistan, Asia Tenggara, dan Afrika. Chris Aylett menambahkan, “Meski membantu memenuhi target iklim, pertimbangan praktis seperti ketahanan energi menjadi motivasi utama negara-negara tersebut.”

Laporan Ember menunjukkan bahwa lonjakan ekspor teknologi terbarukan China mengurangi emisi global sekitar 1 persen pada 2024. Ini menegaskan peran strategis China dalam mendukung transisi energi dunia.

Target Emisi yang Masih Dipertanyakan

Meski demikian, target pengurangan emisi China dinilai rendah. Negara itu menjanjikan penurunan emisi gas rumah kaca 7–10 persen, jauh dari yang dibutuhkan untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5°C.

Para ilmuwan memperingatkan bahwa tanpa langkah lebih ambisius, dunia bisa melampaui batas suhu kritis pada awal 2030-an. Namun, China memiliki sejarah melampaui target rendahnya.

“Mereka menetapkan target rendah, tapi jika dilihat lebih dalam, semua perubahan ini adalah tindakan yang dibutuhkan untuk mencapainya,” ujar Aylett. Presiden Xi Jinping menargetkan puncak emisi pada akhir dekade ini, dan para ahli percaya target itu hampir tercapai lima tahun lebih cepat.

Kepemimpinan Energi, Bukan Diplomasi

Beijing memang memimpin dalam penyebaran energi terbarukan dan teknologi bersih, tetapi secara resmi tidak mengambil peran diplomatik global. Li Gao dari delegasi China pada COP30 menekankan harapan agar AS kembali berperan aktif.

“Mengatasi perubahan iklim membutuhkan semua negara. Kami berharap suatu hari, dan kami juga percaya bahwa suatu hari di masa depan, AS akan kembali,” kata Gao.

China memilih pendekatan “memimpin dengan memberi contoh,” memperkuat transisi domestik sambil menyediakan teknologi bersih untuk dunia. Keengganan memimpin diplomasi formal kemungkinan karena pertimbangan politik dan strategi ekonomi jangka panjang.

Masa Depan Energi Bersih Global

Secara keseluruhan, China menjadi pemain sentral dalam pasar energi bersih global. Dominasi produksi panel surya, kendaraan listrik, dan baterai memposisikan negara ini sebagai penggerak transisi energi.

Namun, tanpa komitmen diplomasi iklim yang lebih formal dan target emisi yang ambisius, peran China dalam membatasi pemanasan global tetap terbatas. Dunia kini menunggu apakah negara ini akan mengubah pendekatan dan memimpin aksi iklim global secara nyata.

Meskipun fokus utamanya adalah strategi ekonomi dan domestik, China tetap menjadi raksasa energi bersih yang tak bisa diabaikan. Peran negara ini menentukan seberapa cepat transisi energi global bisa terwujud, terutama di negara berkembang yang sangat bergantung pada teknologi bersih murah dan inovatif dari negeri tirai bambu.

Terkini

Ini Spesifikasi dan Harga POCO C65 Resmi di Indonesia

Kamis, 20 November 2025 | 10:57:41 WIB

Spesifikasi dan Harga vivo V40 Lite 5G

Kamis, 20 November 2025 | 10:57:40 WIB

Kode CVV Adalah: Ini Fungsi dan Tips Pengunaannya yang Aman

Kamis, 20 November 2025 | 10:57:38 WIB