JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) menyetujui pinjaman berbasis hasil senilai USD470 juta untuk PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Dana ini bertujuan mempercepat transisi Indonesia menuju energi terbarukan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi rendah karbon.
Program Percepatan Transisi Energi Bersih Indonesia (Accelerating Indonesia’s Clean Energy Transition Program) Tahap 1 akan mendukung pembangunan pembangkit listrik tenaga surya dan angin, memperkuat jaringan listrik di Jawa-Madura-Bali, Sumatra, dan Sulawesi, serta meningkatkan kapasitas kelembagaan PLN.
“Program ini menandai langkah penting dalam perjalanan Indonesia menuju masa depan energi lebih bersih dan lebih berkelanjutan,” kata Wakil Direktur ADB untuk Indonesia, Renadi Budiman.
Ia menambahkan, dukungan ini memperkuat fondasi ketahanan energi dan konektivitas regional jangka panjang.
Dampak Lingkungan dan Infrastruktur
Program ini diharapkan dapat mengurangi emisi CO2 hingga 2,5 juta metrik ton setiap tahun.
Selain itu, pengembangan jaringan listrik yang tangguh akan memungkinkan integrasi energi terbarukan secara efektif pada skala besar dan menjadi fondasi infrastruktur listrik nasional bagi negara-negara ASEAN.
Renadi menegaskan program ini selaras dengan tujuan pembangunan Indonesia untuk mencapai status negara berpenghasilan tinggi pada 2045.
Langkah ini juga menjadi bagian dari Strategi Kemitraan Negara (Country Partnership Strategy) 2025-2029 ADB, dengan fokus pada transisi energi bersih yang meningkatkan ketangguhan dan keberlanjutan.
Pendanaan dan Partisipasi Swasta
Program ini akan berlangsung selama 2026–2031 dengan pembiayaan USD470 juta dari sumber daya modal biasa ADB dan tambahan USD30 juta dari dana yang dikelola ADB, termasuk ASEAN Infrastructure Fund.
Kontribusi Uni Eropa dan Inggris melalui Fasilitas Katalis Pembiayaan Hijau ASEAN serta hibah USD3 juta dari Dana Perwalian Akses dan Transisi Energi (GEAPP) juga menjadi bagian dari paket pendanaan.
Dengan dukungan ini, proyek pembangkit listrik tenaga surya dan angin berskala utilitas senilai lebih dari USD1 miliar diharapkan terealisasi.
Kapasitas pembangkit keseluruhan ditargetkan mencapai 1.800 megawatt (MW), sekaligus meningkatkan daya tarik investasi swasta di sektor energi terbarukan.
Mendukung Target Energi Terbarukan dan SDM
Indonesia menargetkan 41 persen listrik berasal dari sumber terbarukan pada 2040, naik dari 15 persen pada 2024.
Program ini secara langsung mendukung Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, yang menargetkan tambahan 69,5 gigawatt kapasitas pembangkitan baru, 76 persen dari energi terbarukan.
Renadi menambahkan, program ini juga mendorong kesetaraan gender dengan memfasilitasi perekrutan lebih banyak perempuan dalam berbagai peran dan departemen terkait energi terbarukan.
“Pelaksanaannya akan dipandu oleh perlindungan lingkungan dan sosial, didukung oleh alat skrining tata ruang dan penilaian kerentanan iklim,” ungkapnya.
Selain itu, PLN akan membangun angkatan kerja transisi energi melalui program pembelajaran, magang, dan pendidikan formal.
Dengan langkah ini, Indonesia diharapkan memiliki kapasitas sumber daya manusia yang mampu mendukung transisi energi bersih secara berkelanjutan.
Langkah Strategis Menuju Energi Bersih
Pinjaman ADB ini bukan hanya soal pendanaan, tetapi juga momentum strategis bagi Indonesia untuk memperkuat infrastruktur listrik, mengurangi emisi, dan mempercepat integrasi energi terbarukan. Kolaborasi internasional ini diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi rendah karbon dan mendukung target nasional maupun regional.
Dengan keterlibatan sektor swasta, dukungan gender, dan pengembangan SDM, proyek ini menjadi model transisi energi bersih yang holistik. Langkah ini menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadi negara maju dengan energi berkelanjutan dan sistem kelistrikan yang tangguh di ASEAN.