Nezar Patria Dorong Stasiun TV Bertransformasi Jadi Perusahaan Teknologi Konten

Selasa, 04 November 2025 | 14:19:35 WIB
Nezar Patria Dorong Stasiun TV Bertransformasi Jadi Perusahaan Teknologi Konten

JAKARTA - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menilai bahwa industri televisi Indonesia tidak bisa lagi sekadar berperan sebagai lembaga penyiaran tradisional. 

Di era digital yang serba cepat, stasiun televisi harus bertransformasi menjadi perusahaan teknologi konten yang mampu menggabungkan inovasi digital dengan jurnalisme yang berintegritas.

Menurut Nezar, masa depan televisi sangat bergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan kecerdasan artifisial (AI) dan teknologi digital. Media yang gagal bertransformasi akan tertinggal di tengah perubahan besar ekosistem penyiaran global.

“(Perusahaan) televisi lain harus melihat dirinya bukan hanya sebagai stasiun penyiaran, tapi sebagai perusahaan teknologi konten. Teknologi, terutama AI, harus masuk ke semua aspek, dari ruang redaksi sampai distribusi,” kata Nezar dalam keterangannya di Jakarta.

Ia menegaskan bahwa industri media kini tidak lagi hanya soal menyiarkan informasi, melainkan tentang bagaimana mengelola data, algoritma, dan teknologi agar bisa menghadirkan pengalaman menonton yang lebih personal bagi audiens.

Era Media 3.0 Ubah Cara Penonton Mengonsumsi Konten

Nezar menjelaskan bahwa dunia kini telah memasuki era media 3.0, di mana kecerdasan buatan dan algoritma memiliki peran dominan dalam mengatur aliran informasi. Penonton tidak lagi menelusuri siaran televisi secara manual, tetapi menerima rekomendasi konten dari asisten AI yang memahami preferensi mereka.

“Kendali konten kini ada di tangan AI. Bukan lagi manusia yang menentukan. Ini mengubah cara orang menonton, dan mengguncang model distribusi media konvensional,” tegas Nezar.

Pergeseran ini, lanjutnya, menjadi tantangan besar bagi stasiun televisi yang masih bergantung pada pola siaran berbasis jadwal tetap. Model penyiaran tradisional harus berevolusi menjadi sistem distribusi konten adaptif yang memanfaatkan data dan kecerdasan buatan.

Namun, Nezar menilai bahwa perubahan tersebut juga membuka peluang baru. AI dapat digunakan untuk memperkuat proses produksi, mempercepat pengeditan video, serta meningkatkan kualitas audio-visual. Selain itu, teknologi ini bisa membantu analisis perilaku penonton guna mendukung pengambilan keputusan redaksional yang lebih akurat.

“AI bisa membantu kerja redaksi, tapi jangan sepenuhnya diserahkan pada mesin. Tetap harus ada human in the loop, agar berita tidak kehilangan akurasi dan nilai etikanya,” katanya menegaskan.

AI Jadi Tantangan dan Peluang untuk Industri Jurnalisme

Meski membawa kemudahan, Nezar juga menyoroti risiko besar yang mengintai di balik penggunaan AI, seperti penyebaran deepfake, disinformasi, serta halusinasi data. Menurutnya, jika tidak dikelola dengan baik, teknologi ini bisa merusak kredibilitas media dan kepercayaan publik terhadap jurnalisme.

Ia mencontohkan kasus lembaga survei besar di Australia yang terpaksa membayar denda sebesar 440 ribu dolar setelah diketahui menggunakan data buatan AI tanpa validasi. Kasus tersebut menjadi peringatan bahwa teknologi canggih tanpa kontrol manusia dapat menimbulkan kesalahan serius.

Nezar mengingatkan bahwa AI hanyalah alat bantu, bukan pengganti profesionalisme jurnalis. Etika dan tanggung jawab manusia tetap menjadi pondasi utama dalam setiap proses jurnalistik.

“Teknologi bisa dipelajari, tapi jurnalisme harus tetap jadi nyawa kita. Media yang bertahan bukan yang paling cepat beradaptasi secara teknis, tapi yang tetap menyajikan informasi benar dan membela kepentingan publik,” ujar Nezar.

Kemenkomdigi Dukung Transformasi Digital Media Nasional

Sebagai langkah konkret, Kementerian Komunikasi dan Digital terus mendorong transformasi digital di sektor media agar lembaga penyiaran nasional mampu bersaing dengan platform global berbasis teknologi. Dukungan ini mencakup kebijakan inovatif, pelatihan digital, serta penguatan kapasitas sumber daya manusia di bidang teknologi komunikasi dan konten digital.

Nezar menegaskan bahwa transformasi media bukan sekadar soal modernisasi peralatan, tetapi juga perubahan paradigma. Televisi tidak boleh berhenti menjadi penyalur berita, melainkan harus menjadi pusat inovasi konten digital yang mengedepankan kualitas informasi dan kepercayaan publik.

Dengan mengintegrasikan teknologi dan jurnalisme, stasiun televisi dapat memperluas jangkauan audiens, mempercepat produksi konten, serta meningkatkan relevansi di tengah lanskap media yang semakin kompetitif.

Wamenkomdigi optimistis, jika transformasi ini dijalankan secara beretika dan berorientasi pada kepentingan publik, media nasional Indonesia akan mampu menjadi pemain kuat di ranah digital global tanpa kehilangan jati dirinya.

Terkini

Aplikasi Jualan Online Tanpa Modal dan Stok Barang 2025

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:35 WIB

6 Kelebihan dan Kekurangan Bank BCA yang Perlu Diketahui

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:34 WIB

Apakah Barang di Zalora Original? Yuk Kita cari tahu!

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:33 WIB