Harga Minyak Global Naik Tipis, Pasar Cermati Keputusan OPEC+

Selasa, 04 November 2025 | 10:27:13 WIB
Harga Minyak Global Naik Tipis, Pasar Cermati Keputusan OPEC+

JAKARTA - Fluktuasi harga minyak dunia kembali menjadi sorotan setelah keputusan strategis dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya (OPEC+). 

Pasar energi global kini berada di persimpangan antara peningkatan pasokan dan langkah antisipatif kartel minyak untuk menstabilkan harga di tengah kekhawatiran kelebihan suplai dan perlambatan ekonomi Asia.

Pada perdagangan Senin, 3 November 2025, harga minyak bergerak tipis namun cenderung stabil. Investor tampak berhati-hati mencerna hasil keputusan OPEC+ yang sepakat meningkatkan produksi pada akhir tahun ini, namun sekaligus menunda kenaikan produksi lanjutan pada kuartal pertama 2026.

Harga Minyak Bergerak Stabil Usai Keputusan Produksi OPEC+

Mengutip laporan Investing.com pada Selasa, 4 November 2025, minyak mentah Brent berjangka naik tipis sebesar 12 sen atau 0,2 persen menjadi USD64,89 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di Amerika Serikat juga menguat tujuh sen atau 0,1 persen menjadi USD61,05 per barel.

Kenaikan tipis ini terjadi setelah OPEC+—yang terdiri dari negara-negara anggota OPEC dan mitra produsen lainnya—menetapkan kebijakan baru terkait kuota produksi. Pada pertemuan Minggu sebelumnya, kelompok tersebut sepakat untuk meningkatkan produksi sebesar 137 ribu barel per hari (bph) pada bulan Desember 2025.

Meski demikian, dalam keputusan yang sama, OPEC+ juga memutuskan menunda kenaikan produksi tambahan pada kuartal pertama 2026 untuk menjaga keseimbangan pasar.

“Implikasi harga negatif apapun dari kelanjutan peningkatan produksi OPEC sebesar 137 ribu barel per hari pada kuartal ini diimbangi oleh usulan kartel untuk menghentikan sementara kenaikan produksi setelah akhir tahun ini,” tulis firma penasihat energi Ritterbusch and Associates dalam laporan analisisnya.

Prediksi Analis: Harga Minyak Berpotensi Menguat di 2026

Sentimen pasar minyak dunia semakin menarik setelah Morgan Stanley menaikkan proyeksi harga minyak mentah Brent untuk paruh pertama 2026 menjadi USD60 per barel, naik dari perkiraan sebelumnya USD57,50.

Koreksi proyeksi ini didorong oleh kebijakan OPEC+ untuk menunda kenaikan produksi serta sanksi baru Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa terhadap aset minyak milik Rusia.

Bulan lalu, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa pasar minyak global kemungkinan akan mengalami surplus hingga 4 juta barel per hari pada tahun depan. Namun, OPEC memperkirakan pasokan dan permintaan akan kembali seimbang pada 2026 seiring penyesuaian kebijakan produksi.

Para analis menilai keputusan OPEC+ untuk menahan peningkatan produksi di awal 2026 merupakan upaya menjaga stabilitas harga agar tidak jatuh di bawah level psikologis USD60 per barel.

Rusia dan Asia Jadi Faktor Penentu Dinamika Pasar Minyak

Sementara itu, analis dari RBC Capital Markets menilai Rusia masih menjadi penentu utama pasokan global, terutama setelah sanksi AS terhadap Rosneft dan Lukoil serta serangan terhadap infrastruktur energi Rusia.

Kondisi tersebut mempersempit pasokan dari salah satu produsen minyak terbesar dunia, sehingga berpotensi menopang harga di pasar internasional.

Namun di sisi lain, tantangan baru muncul dari Asia, yang merupakan kawasan konsumen minyak terbesar di dunia. Survei bisnis pada Oktober 2025 menunjukkan aktivitas manufaktur Asia masih lesu, terutama di Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.

Hal ini memperkuat kekhawatiran pasar terhadap melambatnya permintaan minyak, khususnya dari Tiongkok, yang selama ini menjadi motor utama konsumsi energi global.

Tiongkok Melambat, India Jadi Harapan Baru Permintaan Energi

CEO TotalEnergies, Patrick Pouyanne, menilai pertumbuhan permintaan minyak di Tiongkok telah melambat sejak 2020 karena negara tersebut gencar melakukan transisi menuju energi ramah lingkungan.

Meski begitu, Pouyanne tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang pasar minyak, terutama karena India mulai menunjukkan tren peningkatan konsumsi yang signifikan.

“Pertumbuhan permintaan minyak Tiongkok telah melambat sejak tahun 2020 seiring negara tersebut bertransisi ke energi yang lebih ramah lingkungan, namun kami tetap optimistis karena meningkatnya permintaan di India,” ungkapnya, Senin (3/11/2025).

Optimisme serupa juga disampaikan para CEO perusahaan minyak Eropa dalam Konferensi Energi Internasional di Abu Dhabi. Mereka menilai pasar minyak masih memiliki ruang pertumbuhan selama proses transisi energi berlangsung secara bertahap dan terencana.

Outlook: Keseimbangan Baru Pasar Energi Global

Gabungan antara kebijakan produksi OPEC+, sanksi geopolitik terhadap Rusia, dan perubahan pola konsumsi energi di Asia menjadikan pasar minyak berada pada fase penyesuaian besar.

Meskipun harga bergerak stabil saat ini, para analis memperkirakan harga minyak berpotensi menguat moderat pada 2026 apabila permintaan dari India meningkat dan pasokan tetap terbatas akibat pembatasan produksi OPEC+.

Dengan keputusan OPEC+ untuk menunda kenaikan kuota produksi serta meningkatnya dukungan terhadap energi bersih, pasar minyak global kini tengah menuju keseimbangan baru antara pasokan dan permintaan, di mana faktor geopolitik dan ekonomi regional memainkan peran semakin penting.

Terkini

Aplikasi Jualan Online Tanpa Modal dan Stok Barang 2025

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:35 WIB

6 Kelebihan dan Kekurangan Bank BCA yang Perlu Diketahui

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:34 WIB

Apakah Barang di Zalora Original? Yuk Kita cari tahu!

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:33 WIB