Penjualan Melonjak, PAM Mineral (NICL) Siap Revisi RKAB 2025

Senin, 03 November 2025 | 10:24:53 WIB
Penjualan Melonjak, PAM Mineral (NICL) Siap Revisi RKAB 2025

JAKARTA - PT PAM Mineral Tbk. 

(NICL), emiten nikel yang terafiliasi dengan pengusaha Christopher Sumasto Tjia, kembali menunjukkan performa keuangan impresif sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025. Meski industri nikel global tengah dilanda fluktuasi harga, perusahaan justru berhasil mencatatkan peningkatan signifikan baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.

Per September 2025, penjualan NICL tercatat sebesar Rp1,35 triliun, naik 64,82% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp821 miliar. Pertumbuhan ini tak lepas dari lonjakan volume penjualan nikel yang menembus 2,40 juta ton, meningkat hampir 88,76% dari capaian tahun lalu sebesar 1,27 juta ton.

Keberhasilan tersebut turut mendongkrak laba bersih perusahaan sebesar 131,28% menjadi Rp401,66 miliar pada kuartal III/2025, jauh di atas capaian periode sebelumnya yang hanya Rp173,66 miliar. 

Efisiensi operasional serta strategi pengendalian biaya disebut menjadi kunci utama keberhasilan NICL dalam mempertahankan kinerja positif di tengah volatilitas pasar.

Harga Nikel Turun, NICL Tetap Optimistis

Ruddy Tjanaka, Direktur Utama PT PAM Mineral Tbk., menjelaskan bahwa sejak akhir 2024, harga acuan nikel domestik turun 5,20%, mengikuti tren global akibat euforia industri baterai kendaraan listrik yang bergejolak. 

Meski demikian, Ruddy menegaskan bahwa penurunan tersebut bukan sinyal buruk, melainkan koreksi positif yang sudah diprediksi sejak awal tahun.

“Kami meyakini penurunan harga ini merupakan fluktuasi jangka pendek. Perseroan berkomitmen untuk tetap adaptif terhadap situasi terkini guna mempersiapkan dan mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi,” ujar Ruddy.

Langkah antisipatif yang telah dijalankan sejak awal 2025 terbukti efektif menjaga kestabilan bisnis. Kinerja operasional yang kuat turut berdampak pada posisi neraca keuangan yang tetap sehat dan solid, memberi ruang bagi perusahaan untuk terus bertumbuh di kuartal mendatang.

Ajukan Revisi RKAB, Target Produksi Ditingkatkan

Seiring meningkatnya permintaan pasar, NICL kini tengah mengajukan pembaruan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menambah kuota produksi hingga akhir tahun.

Hingga kuartal III/2025, tingkat produksi NICL sudah mencapai 92,48% dari RKAB yang telah disetujui sebelumnya. Dengan realisasi hampir penuh, perusahaan merasa perlu melakukan revisi agar dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

“Meskipun kami telah menunjukkan kinerja yang memuaskan, hasil tersebut masih belum sesuai ekspektasi. Hal ini karena RKAB tahun 2025 masih dalam proses pengajuan, sehingga menjadi salah satu tantangan utama tahun ini,” ujar Ruddy.

NICL memperkirakan bahwa pada kuartal IV/2025, harga nikel akan tetap fluktuatif dipengaruhi kebijakan perdagangan Amerika Serikat dan kondisi oversupply global. 

Namun, perusahaan melihat peluang besar dari meningkatnya permintaan logam kritis di luar China, yang membuka ruang bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya sebagai pemasok strategis non-China.

Hadapi Tantangan Regulasi dan Perubahan Sistem RKAB

Selain dinamika harga, tantangan domestik juga datang dari perubahan kebijakan RKAB yang kini hanya berlaku untuk jangka waktu satu tahun, dari sebelumnya tiga tahun. Penyesuaian ini menuntut perusahaan untuk memperbarui dokumen Feasibility Study (FS) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) secara lebih sering.

Ruddy menegaskan bahwa perusahaan aktif mengikuti agenda sosialisasi dan pembaruan sistem administrasi di kementerian terkait agar proses perizinan lebih cepat. Namun, ia tak menampik bahwa ketergantungan penuh terhadap smelter sebagai price taker masih menjadi kendala besar bagi pelaku usaha tambang menengah dan kecil.

Perusahaan tambang seperti NICL sering kali harus menerima harga di bawah Harga Patokan Mineral (HPM) karena spesifikasi bijih yang ketat. 

Meski demikian, NICL tetap berkomitmen memenuhi seluruh kuota RKAB 2025, sambil menunggu persetujuan RKAB 2026 dengan tetap menjunjung prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam operasionalnya.

Fokus pada Efisiensi dan Ekspansi Kemitraan Strategis

Hingga akhir 2025, NICL menargetkan produksi gabungan sebesar 2,6 juta ton bijih nikel (ore), seiring dengan pelaksanaan program pengeboran lanjutan untuk menambah cadangan sumber daya baru. Strategi ini ditujukan untuk memperkuat ketahanan pasokan dan menjaga keberlanjutan operasi perusahaan dalam jangka panjang.

Selain itu, perusahaan juga terus memperluas kerja sama strategis dengan smelter dan trader di wilayah Sulawesi, Pulau Obi, dan Halmahera. Kolaborasi ini diharapkan mampu memperkokoh posisi pasar, mempercepat rantai distribusi, serta menjaga stabilitas penjualan di tengah fluktuasi harga nikel global.

Ruddy menegaskan, langkah-langkah strategis tersebut merupakan bagian dari upaya NICL menjaga daya saing dan pertumbuhan berkelanjutan, meski dihadapkan pada tantangan regulasi dan ketidakpastian ekonomi global.

“Fokus kami adalah pada efisiensi operasional, pengendalian mutu, serta penguatan hubungan jangka panjang dengan mitra industri,” tutupnya.

Kinerja gemilang PT PAM Mineral Tbk. (NICL) hingga kuartal III/2025 membuktikan ketahanan dan adaptabilitas perusahaan terhadap dinamika pasar nikel yang fluktuatif. 

Dengan strategi efisiensi, revisi RKAB, dan ekspansi kemitraan strategis, NICL optimistis dapat mempertahankan momentum pertumbuhan dan memperkuat perannya sebagai pemain penting di industri nikel nasional.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:54 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:15 WIB