JAKARTA - PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) melalui anak usahanya, PLN Energi Gas, resmi menghadirkan fasilitas penyimpanan dan regasifikasi Liquefied Natural Gas (LNG) di Tarakan, Kalimantan Utara.
Infrastruktur ini menjadi jawaban atas ketergantungan pasokan listrik di wilayah perbatasan yang selama ini sangat mengandalkan gas pipa hasil associated minyak dan bahan bakar minyak (BBM).
Direktur Utama PLN EPI, Rakhmad Dewanto, menegaskan bahwa proyek ini merupakan bagian dari program gasifikasi untuk menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik sekaligus memperkuat ketahanan energi.
“Selain itu, penggunaan LNG juga akan mengurangi sepertiga emisi karbon dibandingkan BBM dalam mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE),” ujarnya.
Rakhmad menambahkan bahwa keberhasilan proyek Tarakan tak lepas dari dukungan Kayan LNG Nusantara, pemerintah daerah, dan koordinasi intens antar instansi. “Proyek ini dapat diselesaikan dalam waktu 12 bulan. Saat ini Mini Regas Tarakan menjadi pionir konversi BBM ke gas yang akan dikembangkan di wilayah lainnya,” jelasnya.
Keandalan Listrik dan Stabilitas Pasokan
Direktur Manajemen Pembangkitan PT PLN (Persero), Rizal Calvary Marimbo, menyebut fasilitas regasifikasi LNG ini hadir sebagai solusi atas pasokan gas yang kerap tidak stabil. “Selama ini Tarakan sangat bergantung pada pasokan gas pipa yang sifatnya associated dari produksi minyak sehingga sering fluktuatif. Dengan regasifikasi ini, kita ingin memastikan keandalan listrik yang lebih stabil,” katanya.
Menurut Rizal, penggunaan LNG juga sejalan dengan kebijakan nasional untuk menekan emisi karbon dan memperluas bauran energi bersih. Kehadiran fasilitas ini diharapkan mampu menekan penggunaan BBM yang lebih mahal, sekaligus memastikan listrik di Tarakan lebih andal dan berkelanjutan.
Fasilitas LNG sebagai Model Energi Terpadu
Plt. Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM, Agung Kuswardono, menilai bahwa regasifikasi LNG Tarakan bukan sekadar proyek teknis, tetapi juga menjadi model integrasi energi.
“Tarakan ini menjadi contoh nyata kota dengan sistem energi yang terintegrasi mulai dari jaringan gas rumah tangga hingga regasifikasi LNG untuk listrik. Ke depan, model seperti ini bisa direplikasi di banyak daerah lain di Indonesia,” tuturnya.
Dengan adanya fasilitas ini, Tarakan tidak hanya mendapatkan pasokan listrik lebih andal, tetapi juga membuka peluang pengembangan jaringan gas domestik dan industri yang lebih luas, sejalan dengan strategi transisi energi bersih nasional.
Dampak Ekonomi dan Investasi Daerah
Gubernur Kalimantan Utara, Zainal Arifin Paliwang, menyambut baik fasilitas regasifikasi LNG. Menurutnya, proyek ini menjadi bukti nyata kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan BUMN dalam memperkuat ketahanan energi nasional.
“Kota Tarakan adalah penghasil minyak dan gas. Sekarang, berkat kerja keras PLN, persoalan listrik sudah jauh lebih baik,” ujar Zainal.
Selain itu, fasilitas ini diharapkan dapat mendorong konektivitas energi sekaligus membuka peluang investasi baru di Kalimantan Utara, terutama untuk mendukung kawasan industri hijau dan wilayah perbatasan.
Walikota Tarakan, H. Khairul, menambahkan bahwa energi listrik yang andal dan berkelanjutan menjadi pilar utama pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
“Dengan jaminan energi yang andal, para pelaku usaha akan lebih percaya diri mengembangkan kegiatan ekonomi, terutama di sektor jasa, perdagangan, perikanan kelautan, dan ekonomi kreatif,” jelasnya.
Dengan fasilitas regasifikasi LNG ini, Tarakan menandai langkah penting menuju energi yang lebih bersih, andal, dan efisien. Selain menurunkan ketergantungan pada BBM impor, proyek ini juga menunjukkan bagaimana kolaborasi antar-BUMN, pemerintah daerah, dan swasta dapat menciptakan solusi energi yang adaptif dan berkelanjutan.
Model yang diterapkan di Tarakan ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi wilayah lain di Indonesia, memperkuat ketahanan energi nasional, mendukung pembangunan ekonomi lokal, dan sekaligus berkontribusi pada target Net Zero Emission 2060.