JAKARTA - Kota Semarang masih menghadapi risiko banjir susulan setelah hujan deras beberapa waktu terakhir. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengingatkan warga untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih bisa terjadi hingga pekan depan.
“Hujan ringan masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Semarang, terutama pada siang dan sore hari,” kata Guswanto.
BMKG menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat, terutama bagi warga yang tinggal di daerah rendah dan dekat aliran sungai, karena risiko genangan dan banjir masih tinggi.
Prediksi Cuaca Hingga Awal November
Menurut BMKG, cuaca di Semarang diperkirakan mulai berawan pada 1–5 November 2025. Meski demikian, potensi hujan lokal tetap ada dan kelembaban udara masih tinggi, sehingga masyarakat diimbau terus memantau informasi cuaca harian.
“1–5 November: Cuaca diperkirakan mulai berawan, namun tetap ada potensi hujan lokal. Kelembaban tetap tinggi sehingga masyarakat tetap diimbau waspada,” ujar Guswanto.
BMKG juga meminta instansi terkait untuk mengoptimalkan sistem drainase dan pompa banjir guna mengantisipasi genangan yang mungkin terjadi akibat hujan lokal maupun hujan lebat secara tiba-tiba.
Penyebab Hujan: Gangguan Atmosfer Global
Selain kondisi lokal, BMKG menyebut bahwa gangguan atmosfer skala besar turut memengaruhi cuaca di Semarang dan Jawa Tengah. Dua faktor utama adalah Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby.
“BMKG juga merilis prospek mingguan bahwa gangguan atmosfer seperti Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby turut memicu hujan lebat di sejumlah wilayah termasuk Jawa Tengah,” ungkap Guswanto.
MJO merupakan gangguan atmosfer yang terjadi dalam siklus sekitar 30–60 hari. Ketika fase MJO melintas di Indonesia, potensi hujan meningkat secara signifikan. Sementara gelombang Rossby, gelombang atmosfer skala besar yang bergerak dari timur ke barat, dapat memperkuat sistem konvektif lokal dan memperlambat pergerakan awan hujan, sehingga meningkatkan intensitas hujan.
Risiko Hidrometeorologi Masih Tinggi
Guswanto menekankan bahwa kombinasi pengaruh MJO dan gelombang Rossby dapat mempercepat awal musim hujan dan memicu anomali hujan bahkan di musim kemarau. Kondisi ini meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor, terutama di wilayah rawan.
“Potensi banjir dan tanah longsor, intensitas hujan yang tinggi dalam waktu singkat meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi,” ujar Guswanto.
Masyarakat Semarang diimbau untuk terus memantau informasi cuaca harian dan mengikuti arahan pemerintah daerah untuk mengurangi risiko dampak banjir. Pemantauan secara berkala sangat penting, mengingat tanah di beberapa wilayah sudah jenuh air dan hujan lokal masih berpotensi turun hingga awal November.
Antisipasi dan Mitigasi Banjir
BMKG mendorong langkah-langkah mitigasi untuk menekan risiko bencana, termasuk pengecekan rutin sistem drainase, kesiapan pompa banjir, dan sosialisasi kepada masyarakat tentang kewaspadaan banjir. Selain itu, pemantauan daerah aliran sungai dan titik rawan genangan menjadi fokus agar warga bisa segera dievakuasi bila diperlukan.
Dengan kesiapsiagaan dari masyarakat dan koordinasi instansi terkait, diharapkan dampak banjir susulan di Semarang bisa diminimalisir. BMKG juga akan terus merilis informasi cuaca mingguan dan harian agar warga tetap mendapatkan peringatan dini yang akurat.