Deretan Saham Top Losers Pekan Ini, DWGL hingga ARCI Tertekan

Senin, 27 Oktober 2025 | 18:36:53 WIB
Deretan Saham Top Losers Pekan Ini, DWGL hingga ARCI Tertekan

JAKARTA - Di tengah menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan 20–24 Oktober 2025, sejumlah saham justru mengalami tekanan cukup dalam. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat sepuluh saham yang menempati posisi top losers atau mengalami penurunan harga terbesar pekan ini. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun pasar saham bergerak positif secara agregat, tidak semua emiten ikut menikmati kenaikan harga.

Paling menonjol adalah saham PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) yang anjlok paling tajam di antara emiten lainnya. Harga saham perusahaan tersebut turun signifikan sebesar 44,97 persen, dari Rp865 menjadi Rp476 per saham. Penurunan tajam ini menempatkan DWGL sebagai pemimpin daftar saham dengan koreksi terdalam selama sepekan terakhir.

Sektor Beragam Terkoreksi, DADA hingga GPSO Ikut Melemah

Selain DWGL, beberapa saham lain dari sektor berbeda turut mengalami koreksi cukup besar. Saham PT Geoprima Solusi Tbk (GPSO) turun 36,36 persen ke level Rp700 per saham, menempati posisi kedua dalam daftar top losers. Tak ketinggalan, PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) juga merosot 32,17 persen ke Rp84.750 per saham.

Sementara itu, saham PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) mengalami penurunan 27,54 persen, menyentuh batas bawah di Rp50 per saham. Saham PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) pun tak luput dari tekanan, turun 23,03 persen menjadi Rp254 per saham. Koreksi tajam di saham-saham ini menunjukkan adanya tekanan jual yang besar di beberapa sektor, termasuk teknologi dan properti, seiring investor melakukan aksi ambil untung setelah kenaikan sebelumnya.

Penurunan Lanjutan di Emiten Perkebunan dan Pertambangan

Selain sektor teknologi dan properti, sektor perkebunan serta pertambangan juga terkena imbas. Saham PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) mencatat penurunan 20,22 persen ke Rp292 per saham. Sementara PT J Resources Asia Pacific Tbk (PSAB), perusahaan yang bergerak di bidang tambang emas, turut melemah 19,72 persen ke Rp570 per saham.

Tidak hanya itu, PT Martina Berto Tbk (MBTO), yang dikenal di sektor kosmetik, ikut merosot 17,61 persen ke Rp234 per saham. Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), salah satu pemain besar di sektor pertambangan emas, juga terkoreksi 17,42 persen ke Rp1.185 per saham. Koreksi di sektor-sektor ini menandakan adanya kehati-hatian pelaku pasar terhadap fluktuasi harga komoditas dan potensi penyesuaian ekonomi global.

IHSG Justru Menguat 4,5 Persen, Menunjukkan Ketahanan Pasar

Menariknya, meskipun sejumlah saham mencatatkan penurunan tajam, IHSG justru berhasil ditutup menguat 4,5 persen ke level 8.271,72 dari posisi 7.915,66 pada pekan sebelumnya. Kenaikan indeks ini menunjukkan bahwa sebagian besar saham di bursa masih bergerak positif, terutama dari sektor perbankan, energi, dan infrastruktur yang menopang penguatan pasar.

Kondisi ini menggambarkan bahwa penurunan pada beberapa saham tidak serta-merta mencerminkan pelemahan pasar secara keseluruhan. Justru, pergerakan beragam antar sektor menciptakan peluang bagi investor yang ingin melakukan rotasi portofolio. Saham-saham yang terkoreksi tajam seperti DWGL, DADA, dan ARCI bisa menjadi perhatian bagi investor jangka panjang yang mencari valuasi menarik, tentu dengan analisis fundamental yang matang.

Peluang dan Risiko di Balik Saham-Saham yang Tertekan

Koreksi harga yang cukup dalam pada pekan ini menjadi sinyal penting bagi investor. Di satu sisi, penurunan tajam bisa menjadi tanda meningkatnya risiko jangka pendek akibat tekanan sentimen pasar. Namun di sisi lain, bagi investor dengan strategi value investing, situasi ini bisa menjadi peluang akumulasi ketika harga saham berada di bawah nilai wajar.

Analis pasar menyarankan agar investor memperhatikan faktor fundamental emiten dan prospek bisnis jangka panjang sebelum mengambil keputusan. Sektor-sektor yang tengah mengalami koreksi tajam seperti teknologi, pertambangan, dan properti tetap memiliki potensi pemulihan apabila kondisi ekonomi makro membaik dan sentimen global kembali positif.

Dengan IHSG yang masih bertahan di zona hijau, pasar modal Indonesia menunjukkan ketahanannya di tengah volatilitas. Meski beberapa saham menempati daftar top losers, dinamika ini justru mempertegas bahwa rotasi sektor dan strategi selektif menjadi kunci penting dalam menjaga stabilitas portofolio investasi di masa depan.

Terkini

Parfum Alfamart Pria Terbaik Paling Wangi dan Tahan Lama

Senin, 27 Oktober 2025 | 21:37:56 WIB

3 Jenis Tabungan BRI Tanpa Potongan, Bebas Biaya Admin

Senin, 27 Oktober 2025 | 21:37:56 WIB

AdaKami Ilegal atau Tidak? Inilah Fakta Terbaru 2025

Senin, 27 Oktober 2025 | 21:37:55 WIB

2 Cara Refund Barang di Shopee yang sudah Diterima

Senin, 27 Oktober 2025 | 21:37:55 WIB